bandungekspres.co.id – Adanya tututan perubahan dalam perkembangan zaman Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Kodiklat) TNI AD melakukan diskusi dalam wada focused group discussion (FGD). Komandan Kodiklat TNI AD Letnan Jendra Agus Kriswanto mengatakan, kegiatan ini akan membahas untuk menata doktrin TNI AD. Sebab ini merupakan asas semboyan yang menjadi pedoman bagi satuan angkatan darat maupun seluruh satuan prajurit dalam melaksanakan tugasnya.
”Ini sebagai suatu kebenaran yang harus menjadi pedoman,” jelas Agus ketika dietemui di sela Diskusi di Mako Kodiklat TNI AD, Jalan Aceh, Kota Bandung, kemarin (30/3).
Menurutnya, dokrin ini harus dikaji dan dibahas agar berdasarkan perkembangannya dapat menyesuaikan dengan kondisi dan situasi dunia kemiliteran saat ini. Selain itu, berdasarkan perkembangannya dokrin ini perlu dilakukan perubahan. Pasalnya, bila dihadapkan dengan keberadaan alutsista TNI yang sudah banyak modernisasi doktrin perlu diselaraskan.
Pengaruh globalisasi baik Nasional, Regional dan situasi dunia juga akan dikaji lebih mendalam terlebih saat ini perkembangan teknologi informasi sudah demikian maju pesat. ”Alutsista kita sudah banyak dilakukan modernisasi. Kalau dulu kan meriam kita cima 11 kilometer sekarang sudah ratusan kilometer dan menggunakan rudal ini butuh pedoman yang mendasar yaitu doktrin bagi prajurit,” jelas dia.
Dirinya menilai, berdasarkan instruksi Panglima TNI mengenai perkembangan global, saat ini ancaman terhadap NKRI bukan saja terjadi oleh perang bersenjata. Akan tetapi, ada ancaman yang laing serius dengan disebut proxy war yang harus diwapadai karena sifatnya tidak kasat mata.
Ancaman ini lanjut dia bisa membuat keadaan ini terjadi disintegrasi. Karena ada adu domba dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang ada. Mengingat kekayaan sumber daya alam Indonesia menjadi incaran negara-negara lain.
”Sekarang ini zamannya gadget. Informasi apapun bisa diterima oleh masyarakat melalui genggaman atangan sehingga akan berkembang opini bila informasi tersebut salah dalam penangkapannya dan ini sangat serius,” ucap dia.
Untuk itu, dalam FGD ini juga butuh masukan dari berbagai ahli dan starategi militer. Maka pihaknya juga mengundang banyak maker militer baik dari internal TNI maupun dari kalangan akademisi.