Sementara itu, ribuan pemukiman warga di Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang kembali terendam banjir, kemarin (16/3). Padahal, luapan Sungai Citarum sudah mulai surut sejak Selasa pagi. Warga sebelumnya, terlihat mulai membersihkan rumahnya.
Akibatan banjir yang terjadi di tiga kecamatan tersebut, akhirnya mengakibatkan kemacetan di wilayah Bojongsoang menuju Kota Bandung. Sebab, akses jalan menuju kota Bandung hanya satu-satunya melintasi Bojongsoang.
Lalu lintas pun bertumpu pada satu jalur Bojongsoang-Baleendah tersebut. Kepadatan lalu lintas ini diperparah oleh kondisi badan jalan yang memiliki banyak lubang akibat terendam dan tergerus air banjir, beberapa hari lalu.
Sejumlah warga Desa Bojongsoang dan Bojongsari di Kecamatan Bojongsoang pun mendirikan tenda di pinggir jalan, dan beberapa di antaranya meminta sumbangan kepada para pengguna jalan.
Kepala Desa Dayeuhkolot Yayan Setiana, mengatakan sungai Citarum kembali meluap pada Rabu (16/3) tengah malam. Menurut dia, 100 persen wilayah ke-14 RW di Desa Dayeuhkolot pun kembali terendam.
”Kemudian surut lagi sedikit, tinggal Kampung Babakan Sangkuriang, Cilisung, Bolero, dan Bojongasih, yang 100 persen masih terendam sampai sore, yakni RW 1, 3, 4, 8, dan 14,” kata Yayan di Kantor Desa Dayeuhkolot, kemarin.
Warga yang tadinya mulai membersihkan rumah dan tinggal di rumah, kata dia, terpaksa kembali ke pengungsian. Padahal sungai Citarum, awalnya berangsur surut, sampai jalan raya pun kembali bisa dilalui kendaraan bermotor.
Saat ini, kata dia, para pengungsi masih membutuhkan banyak makanan siap santap dan keperluan balita. Sejauh ini, para penyumbang memberikan mi instans. Padahal makanan tersebut tidak baik dimakan terlalu sering, terutama oleh anak-anak.
”Meskipun bantuan banyak, tetapi cepat habisnya. Bahkan masih banyak warga yang tidak mendapatkan bantuan secara merata, para korban pun berharap ada yang memberikan roti, jangan mi instan saja,” tuturnya. ”Untuk anak-anak sangat membutuhkan roti ketimbang mie,” pungkasnya. (yul/rie)