8 Sektor Industri Boros Energi, Kemenperin Minta Alih Teknologi

bandungekspres.co.id– Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta sektor industri yang boros energi segera melaksanakan alih teknologi yang lebih efisien. Di antara puluhan jenis industri, pemerintah mencatat ada delapan jenis yang boros energi.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar menyebutkan, berdasar kajian, saat ini masih terdapat delapan sektor industri yang rakus energi. ”Yaitu, industri semen, pupuk dan petrokimia, besi dan baja, pulp dan kertas, tekstil, keramik, minyak goreng, serta gula,” ujarnya kemarin.

Setelah 700 perusahaan di delapan jenis industri tersebut diaudit, secara agregat emisi CO2-nya melebihi batas normal. Yakni, mencapai 114,41 megaton ekuivalen. ”Karena itu, pemerintah perlu mendorong konservasi energi dan pengurangan emisi di delapan sektor industri itu,” tutur Haris.

Pihaknya berharap industri-industri tersebut secepatnya melakukan alih teknologi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan mendorong daya saing industri nasional. ”Selain daya saing industri, kita meningkatkan kelestarian lingkungan,” tegasnya.

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi GRK pada 2020 hingga 41 persen dengan bantuan internasional dari sumber daya nasional. Komitmen itu ditetapkan dalam Peraturan Presiden No 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang terbit pada 20 September 2011.

Haris menyatakan, industri merupakan salah satu penyumbang emisi GRK terpenting. Sumber-sumber emisi GRK dari bidang industri meliputi penggunaan energi, proses industri, serta pengolahan limbah industri. ”Artinya, sektor industri berperan penting menurunkan emisi GRK untuk mitigasi perubahan iklim,” terangnya.

Salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah regenerative burner combustion system (RBCS). Itulah teknologi yang digunakan pada tungku pemanasan ulang (reheating furnace). Fungsinya, memanfaatkan kembali gas buang yang masih mengandung energi cukup besar. ”Bisa hemat sekitar 30 persen,” ungkap Haris. (wir/c14/oki/rie)

 

Tinggalkan Balasan