Cara lainnya adalah menggunakan selembar kertas karton, kemudian dilubangi kecil-kecil dan membentuk tulisan-tulisan. ”Nanti pasti banyak yang akan upload inovasi mengamati gerhana di Facebook masing-masing,” katanya disambut tawa peserta.
Koordinator Kegiatan HAAJ Nurdiansyah menjelaskan, GMT pada 9 Maret nanti sangat sayang untuk dilewatkan. Sebab, fenomena alam serupa terakhir terjadi di Indonesia pada 1995. Itu pun titik pemantauannya tidak seluas GMT bulan depan.
Yang membuatnya tambah spesial adalah GMT bakal mampir lagi ke Indonesia pada 2042! Itu 26 tahun lagi. ”Kami mulai menyambut dan menyiapkan diri untuk gerhana matahari total bulan depan itu sejak 2009 lalu,” katanya.
Pria kelahiran 25 Maret 1981 tersebut menjelaskan, workshop di Planetarium itu hanyalah satu di antara sekian banyak agenda mereka menyambut GMT. Agenda lainnya: talk show khusus tentang GMT pada 27 Februari mendatang.
Selain itu, ungkap Nurdiansyah, para anggota HAAJ juga jauh-jauh hari sudah mulai menabung. Uang yang mereka kumpulkan digunakan untuk membeli tiket pesawat ke titik pemantauan: Palu, Sulawesi Tengah.
Pria yang hobi astronomi sejak kecil itu menjelaskan, pemberangkatan tim HAAJ dibagi menjadi tiga gelombang. Masing-masing berangkat pada 3, 5, dan 6 Maret. Selama di Palu, agenda HAAJ lainnya adalah melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah tentang astronomi, khususnya pemantauan gerhana matahari. ”Kami juga akan diskusi bersama komunitas astronomi setempat,” katanya.
Sementara itu, Surabaya Astronomy Club (SAC) memilih melakukan pengamatan di Pantai Kenjeran bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Meski kadar gerhana yang bisa disaksikan di Surabaya hanya 83 persen.
Menurut Pelaksana Tugas Sekjen SAC Muhammad Toyib Ahmad Salim, Kenjeran sengaja dipilih lantaran di area itu tidak ada bangunan yang menghalangi pengamatan. Toyib menerangkan, selain diamati dengan teleskop, gerhana tersebut akan direkam. ”Kami sambungkan dengan koneksi internet sehingga orang bisa melihat secara streaming,” terang staf dokter saraf di RSUD dr Soetomo Surabaya itu.
Bukan hanya komunitas astronomi yang antusias. Komunitas selam Arek-Arek Diving Club (A2DC) sama tak sabarnya menunggu momen istimewa pada 9 Maret tersebut. Namun dengan cara yang unik: di dalam laut.