Tentang kerugian yang diderita PT KAI akibat banjir di Porong, Suprapto mengaku belum memiliki data final. Hanya, dia menyebutkan, sejak terjadi gangguan banjir pada Kamis malam (11/2) hingga Sabtu (13/2), PT KAI sudah mengerahkan 34 bus. ”Untuk biaya pengadaan jasa bus itu, kami perkirakan sudah keluar dana Rp 200 juta,” tutur dia. Jumlah dana yang dikeluarkan PT KAI bisa lebih besar karena biaya penyediaan makanan bagi penumpang gara-gara kereta terlambat belum dihitung.
Suprapto juga menuturkan, PT KAI telah menyiapkan seratus personel dan dua mesin pemelihara rel (MTT dan PBR) untuk perbaikan rel pasca terendam air. ”Tapi, semua masih menunggu ketinggian air turun dulu. Supaya bisa maksimal dalam perbaikan jalur rel,” katanya.
Sejak lumpur Lapindo keluar pada 29 Mei 2006, PT KAI Daop 8 terus melakukan perbaikan. Ketinggian rel terus ditambah karena beriringan dengan penurunan tanah. Biasanya, peninggian rel sekitar 30 sentimeter. Namun, kali ini diperkirakan bisa lebih. Sebab, banjir yang melanda kawasan Porong tahun ini cukup parah.
Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf mengatakan, pemprov akan mencarikan solusi bersama untuk banjir di Jalan Raya Porong. Salah satunya, membagi air di DAM Wonokromo dan Jagir. Kemudian, menyedot air dengan pompa air milik Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan Pemkab Sidoarjo.
Saat ini BPBD dan BPLS masing-masing punya 12 pompa air. Seluruh pompa air tersebut difungsikan di Porong. ”Untuk jangka pendeknya, memang harus menyedot air genangan tersebut,” kata Saifullah saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi banjir di kawasan Sidoarjo kemarin.
Hasilnya, air memang mulai surut, meskipun belum begitu signifikan. Saat ini pemprov berusaha memprioritaskan dukungan logistik dan pelayanan kesehatan kepada warga yang terdampak banjir.
”Pemprov telah menyiapkan anggaran cukup besar untuk bencana kedaruratan, lebih dari Rp 100 miliar untuk seluruh Jatim. Jadi, bantuan akan segera diberikan,” jelasnya. (mia/riq/ant/ayu/sam/c11/kim/rie)
