Namun, Henry yakin landed house pada waktunya nanti berkembang menjadi hunian high rise. Seperti di Singapura yang dulu menerapkan landed house, kemudian berganti bangunan hingga 50 lantai. Bahkan, Henry memastikan bahwa suatu saat lahan pedesaan turut berubah menjadi high rise. ”Lihat saja, trennya seperti itu, pasti,” ucapnya yakin.
Keniscayaan lahan di desa menjadi kawasan hunian, menurut Henry, bakal menaikkan nilai aset petani. Asal dikelola dengan baik. Hal itu bagus untuk menggerakkan perekonomian negara berkembang seperti Indonesia. Dulu Tiongkok juga begitu. Sektor properti yang bergulir dari harga sangat murah hingga puluhan ribu kali lipat membuat rakyat menjadi kaya. Di kawasan terpencil sekalipun, tidak ada harga tanah di bawah ratusan juta setiap meter persegi.
”Para petani mendadak kaya karena banyak yang memiliki tanah. Intinya, kalau negara itu mau berkembang, harga tanah jangan dibatasi dan biarkan naik dengan sendirinya. Daripada petani itu jual murah kepada developer, kemudian mereka menjual mahal kepada pembeli, yang kaya bukan petani,” tuturnya.
Sekarang masalahnya, petani punya tanah, tapi tidak terjual. Saat mereka perlu uang, aset itu tidak bisa jadi uang, apalagi diatur agar harga tidak boleh mahal. ”Lho, kalau harga tanah sudah mahal seperti luar negeri, dibatasi boleh. Tapi, sekarang saya bilang masih tidak mahal. Sektor properti seharusnya didorong untuk makin menggairahkan,” ucap pria yang memiliki lima anak tersebut.
Menyinggung kebijakan untuk pengusaha properti, Henry hanya meminta tidak ada syarat yang mengikat terlalu banyak. Lebih baik lagi urusan tertentu seperti amdal menjadi tanggungan pemerintah. ”Amdal itu seharusnya pemerintah yang menyiapkan. Karena harus integrated,” tuturnya. Saat ini, lanjut dia, mau tidak mau setiap pengembang menyiapkan sendiri. Padahal, pengembang pasti punya problem yang berbeda.
Langkah meminimalkan dampak perekonomian yang lambat bisa ditempuh melalui penerapan teknologi. Misalnya penggunaan material bangunan yang lebih efisien, tapi tidak mengganggu struktur. Teknologi juga perlu untuk mempercepat pekerjaan bangunan. Dulu bikin satu rumah butuh satu tahun. Lama-lama bisa jadi dalam satu bulan. ”Kecepatan itu kan yang jelas sudah mengurangi bunga pinjaman,” katanya. (res/c9/sof/rie)