bandungekspres.co.id– Virus zika sedang menggemparkan dunia. Di Brasil, banyak anak lahir dengan cacat mikrosefalus dan dikaitkan dengan infeksi virus yang berasal dari monyet tersebut. Isu itu kini mendapat perhatian serius dari tim peneliti di Avian Influenza Research Center (AIRC) Universitas Airlangga (Unair).
”Kami sedang meneliti kemungkinan satu nyamuk bisa diisi virus dengue dan virus Zika,” kata Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom MS, ketua AIRC Unair. Seperti halnya demam berdarah (DB), virus zika menular melalui nyamuk aedes aegypti.
Menurut Nidom, kajian tentang kemungkinan virus Zika dan virus dengue bisa dibawa satu nyamuk harus segera dilakukan. Sebab, Indonesia merupakan daerah endemis DB. Apalagi, sudah ada warga Jambi yang dikabarkan terserang virus Zika. ”Nyamuk itu ibarat senjata yang sekali tembak bisa mengeluarkan banyak peluru,” jelasnya. Namun, dia belum bisa memprediksi apakah ada mutasi virus atau tidak.
Nidom menjelaskan, penelitian itu merupakan langkah antisipasi untuk mengetahui kemungkinan satu nyamuk menularkan dua virus sekaligus. Jika benar, dia berharap segera ada penelitian lanjutan yang membahas cara mengatasinya.
Ditanya soal langkah menyebarkan nyamuk Aedes aegypti jantan steril untuk mengurangi jentik nyamuk, Nidom menolak. Alasannya, langkah itu pernah dicoba di Jogjakarta. Namun, hasilnya tidak memuaskan. ”Langkah tersebut juga berbahaya bagi lingkungan. Khususnya populasi nyamuk lain,” ucapnya.
Menurut dia, langkah preventif bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, vaksin. Menurut Nidom, vaksin dibutuhkan untuk penyakit yang disebabkan virus. ”Namun, pemberian vaksin butuh waktu lama. Sebab, harus ada berbagai tes sebelum vaksin bisa diujicobakan pada manusia,” jelasnya.
Cara kedua adalah memperkuat kondisi tubuh melalui asupan makanan yang sesuai. Menurut Nidom, ada berbagai bahan makanan yang sebenarnya bisa memperkuat kondisi tubuh manusia. Dia lantas menyebut empon-empon atau rempah yang biasa digunakan untuk memasak. ”Jahe, lengkuas, atau temulawak bisa digunakan,” ucapnya.
Bumbu-bumbu masakan Indonesia, menurut dia, sudah baik untuk menjaga tubuh melawan infeksi virus. Namun, dia menyayangkan karena cara memasak sekarang sudah berubah. Banyak yang menggunakan bumbu instan. ”Atau, banyak yang mengonsumsi makanan cepat saji. Itu juga kurang bagus untuk pertahanan tubuh terhadap virus,” imbuhnya.