Secara pribadi, Dwi lebih memilih agar semua aset tetap berproduksi untuk mewujudkan kedaulatan energi. Konsumsi minyak dalam negeri saat ini 1,6 juta barel per hari. Namun, kapasitas kilang baru mencapai 800 ribu barel per hari. Kekurangannya masih impor.
Daripada impor, lanjut dia, lebih baik mengajak investor untuk terus meningkatkan kapasitas produksi di dalam negeri. Dengan begitu, selain kebutuhan terpenuhi, ada nilai tambah dan terbuka lapangan kerja. ”Itu yang harus diperhatikan,” tegasnya. Sebab, bagaimanapun, akan tetap sulit bersaing di ritel alias hilir jika hulu masih bergantung orang lain.
Dwi sudah menawarkan semacam tantangan kepada tim di Pertamina dengan istilah puasa. ”Istilah saya adalah puasa. Artinya, kesejahteraan kami turunkan untuk bisa hidupi semuanya. Tentu kalau dibutuhkan. Tapi, kami coba survive dulu,” tekad dia. (gen/c11/agm/rie)