Ahli Racun Ragu Jumlah Sianida di Kopi Mirna

Mengenai ketenangan Jessica, Dewi menduga dia sudah terbiasa setelah sekian hari menghadapi tekanan. ”Bisa jadi karena pertanyaan yang diajukan media dan polisi itu-itu saja. Jadi, akhirnya jawabannya seperti computer language,” terangnya.

Dewi juga melihat Jessica lebih banyak gugup (nervous) dari tatapan matanya. Dalam NLP, nervous bisa terjadi saat dia tertekan karena dituduh sebagai penjahat. Tapi bisa jadi juga timbul dari bawah sadar karena bersalah. Dari pengamatan Dewi, akurasi penerapan NLP pada Jessica mendekati 60 persen. Artinya, dia berani memastikan bahwa Jessica melakukan sebuah kebohongan.

Dalam sebuah diskusi yang digelar di Jakarta kemarin, mantan hakim dan praktisi hukum Asep Iwan Iriawan mengatakan, hal-hal psikologis bisa berubah. Apalagi jika hanya dinilai dari gerakan tubuh atau NLP. Karena itu, dia berharap polisi bisa menghadirkan fakta perbuatan melalui alat bukti. ”Kalau yang dihadirkan di persidangan bukan alat bukti, jangan harap hakim akan menghukum.”

Asep juga mengingatkan polisi, fakta-fakta soal siapa yang membawa dan meletakkan sianida harus dicari. ”Penyidik harus bisa menghadirkan saksi fakta yang bisa meyakinkan hakim. Jangan hanya dari ahli. Itu bisa dikesampingkan hakim nanti,” jelasnya.

Pria yang beberapa kali mengadili kasus pembunuhan itu melihat ada ketidakwajaran jika Jessica dinyatakan terbukti mem­bunuh. Menurut dia, pada pembunuhan tidak langsung (tidak dengan penganiayaan), biasanya pelaku tidak berhadapan dengan korban. (gun/agm/nir/gun/idr/c9/kim/rie)

 

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan