Khamdani pun Belum Bisa Melupakan Kemanjaan Rini

Berat badan Rini pun turun seiring dengan penyakit tumor yang ternyata menjalar di tubuhnya. Beberapa kali operasi tak mampu menyelamatkan nyawa Rini. Menjelang Lebaran tahun lalu, Rini pergi.

Yang merobek hati Khamdani, karena penyakit itu, Rini tak bisa dikubur. Sebab, dikhawatirkan masih bisa menularkan penyakit. Jadilah jenazah gajah berbobot 3 ton tersebut harus dibakar. ”Sedih, Mbak, nggak bisa lupa sama kemanjaannya,” tuturnya sembari mengusap mata.

Di luar yang telah dirawat, TNWK yang seluas 1.250 hektare itu juga menampung gajah-gajah tersesat ataupun yang terkena konflik dengan masyarakat. Di sana, para gajah itu tak hanya dijinakkan, tapi juga diajari keterampilan yang pada dasarnya mereka miliki.

Nah, yang bertugas menemukan dan menjinakkan gajah-gajah liar yang tersesat itu adalah ERU (Elephant Response Unit).

ERU merupakan tim gajah yang memang diperuntukkan kegiatan patroli di sekitar taman nasional. Itu semacam pasukan elite. Jumlahnya hanya 16 ekor. Salmon salah satunya. ”Banyak gajah liar yang sering kali mengganggu permukiman dan merekalah yang menghadang,” jelasnya.

Kombinasinya adalah lima gajah betina dan sisanya jantan. Ini demi keselarasan. Betina menjadi penjaga di antara para jantan. ”Kalau semua jantan, terkadang terjadi petarungan. Sebagai pemanis gitu lah,” ungkap Abah.

Karena pasukan elite, anggota ERU otomatis para gajah pilihan. Yang jantan, misalnya, memiliki kemampuan bertarung. Salmon yang terhebat di antara kawanan itu. Meski secara postur bukan yang terbesar, Abah mengisahkan, asuhannya itu pernah dalam sekali duel menghadapi 72 gajah liar.

Tentu saja duelnya diikuti sang pawang juga, yang biasanya hanya bersenjata ganco. ”Sudah pasti tegang. Tapi, kita harus yakin agar gajah juga yakin,” ucap dia.

Hari beranjak sore, satu per satu gajah bersama pawang masing-masing pun beranjak pulang. Sebelum kembali ke kandang, mereka mampir untuk mandi terlebih dahulu. Badan bersih, peraduan pun menanti.

Ketika belahan jiwa mereka sudah tidur di kandang, barulah para pawang bisa pulang dengan tenang. Satu hari telah terlewati. ”Lakukan semua dengan hati, pasti hidup juga jadi tenang,” kata Mahfud. (*/c11/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan