Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Hanggoro Budi menambahkan, anggaran untuk kereta cepat ini dibiayai secara mandiri oleh konsorsium BUMN Indonesia dan konsorsium China Railways dengan skema business to business. Konsorsium BUMN tersebut antara lain PT Wijaya Karya (Persero), PT Jasa Marga (Persero), PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII berkolaborasi dengan konsorsium China yag mendirikan perusahaan patungan dengan nama PT KCIC. “Kereta cepat ini menghubungkan empat stasiun antara Halim, Karawang, Walini (KBB), dan Tegalluar (tidak jauh dari kawasan Gedebage),” ungkapnya.
Diungkapkannya, pengoperasian kereta cepat ini membutuhkan pasokan listrik sekitar 75-100 megawatt. Oleh karena itu, rencananya KCIC bekerjasama dengan PT PLN (Persero). Sehingga, direncanakan dalam jangka panjang akan membangun power plant sendiri untuk memastikan tidak ada gangguan pasokan listrik saat kereta beroperasi. (drx/tam)
Belum Libatkan Tenaga Kerja Lokal
NGAMPRAH – Tenaga kerja dari warga Kabupaten Bandung Barat (KBB) untuk pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung belum dilibatkan. Padahal, proyek ini dibangun di wilayah Walini, Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Tenaga kerja dari Kabupaten Bandung Barat memiliki sejumlah sumber daya manusia terampil dan andal yang bisa diberdayakan.
Kepala Seksi Perluasan dan Penempatan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans KBB Sutrisno menyatakan, hingga saat ini tidak ada tenaga kerja asal Kabupaten Bandung Barat yang dlibatkan dalam pengerjaan mega proyek kereta cepat ini. Sejauh ini belum ada permintaan dari Direktur PT Kereta Cepat terhadap tenaga kerja di KBB. ’’Harapan kami tentu ada tenaga kerja lokal yang ikut serta membangun proyek kereta cepat ini,’’ kata dia di Ngamprah, kemarin.
Menurut dia, potensi tenaga kerja dari Kabupaten Bandung Barat cukup banyak. Misalnya, lulusan teknik sipil yang bisa dilibatkan dalam proyek pembangunan. Kompetensi mereka pun bisa diuji terlebih dahulu sebelum dilibatkan dalam kegiatan pembangunan tersebut.
Berbeda dengan proyek kereta cepat, pemanfaatan tenaga kerja terampil asal KBB telah diberdayakan dalam pembangunan PLTA Upper Cisokan. Sebanyak 25 tenaga kerja akan dilibatkan dalam pembangunan pembangkit listrik untuk memasok kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali itu. ’’Untuk proyek Cisokan sejauh ini melibatkan warga KBB. Ini tentu berdampak positif untuk memberdayakan mereka,’’ katanya.