Industri rokok punya beberapa tantangan. Bagi Ronald, cukai yang tinggi sebenarnya tidak memberatkan industri rokok. Asal, pemerintah mampu mengembalikan manfaat cukai tersebut kepada rakyat. Industri rokok sadar bahwa tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat cukup tinggi. Namun, tingginya cukai yang dibayarkan oleh indutri rokok tidak sebanding dengan apa yang ditawarkan pemerintah.
Misalnya dalam hal pembebasan lahan untuk investasi. Pembebasan lahan masih rumit dan berbelit-belit. Selain itu, perizinan cukup membingungkan perusahaan yang akan melakukan investasi. Meski regulasinya sama, sering kali penerapan proses izin usaha bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lain. ’’Misalnya, di Surabaya tidak boleh, di Sidoarjo boleh. Nah, pengusaha kan jadi bingung,’’ tambah pria yang pernah bekerja sambil kuliah di Virginia, AS, tersebut.
Selain itu, pemerintah belum cukup membantu petani tembakau. Misalnya dalam hal infrastruktur, pengairan, pemupukan, dan cara panen. Ronald memaparkan, tembakau adalah tanaman yang rentan air. Biasanya, petani menanam tembakau pada April dan Mei, ketika musim hujan akan berakhir. Namun, dengan pemanasan global dan bencana seperti El Nino, petani akhirnya asal tanam saja. ’’Tanam bibit saja bisa sampai lima kali. Berapa biayanya? Pasti mahal, kan,’’ katanya.
Akhirnya, produksi petani yang biasanya bisa sampai 50 ribu ton per tahun berkurang hingga 80 persen. Itu terjadi lantaran tembakau kena hujan, sementara petani tidak tahu cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Nah, peran pemerintah menjadi sangat penting untuk mengatasi persoalan itu. Pemerintah harus mendukung hulu industri rokok dengan komunikasi, penyuluhan, dan pendampingan yang tepat.
Masalah lainnya adalah sikap petani yang tidak menjual hasil panen tembakaunya kepada pemberi bantuan. ’’Kami sering kasih bantuan bibit, pupuk, dan lain-lain kepada petani. Tapi, setelah panen, mereka jualnya ke siapa saja yang mau beli dengan harga tinggi,’’ tutur putra taipan Willy Walla tersebut.
Hal itu membuat industri rokok enggan membeli lahan sendiri untuk ditanami tembakau. Sistem beli putus pun kebanyakan menjadi solusi agar perusahaan juga tidak merugi. Padahal, industri punya niat yang baik, yakni membantu dan mengedukasi petani tembakau.