bandungekspres.co.id– Polri bergerak cepat untuk mengejar pelaku teror Plaza Sarinah, bila sebelumnya ditangkap 12 orang terduga pelaku teror, kali ini dipastikan telah ada 14 orang yang ditangkap. Namun, yang telah dipastikan terkait langsung dengan aksi berdarah pada 14 Januari lalu hanya delapan orang. Delapan orang itu berasal dari Cirebon, Indramayu, Balikpapan, dan Tegal.
”Sebelumnya ada yang ditangkap di Bekasi, tapi tidak terkait langsung,” ujar Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan.
Dia menjelaskan, Polri mencoba untuk mengetahui apakah para terduga pelaku juga terlibat dalam rangkaian aksi teror lainnya. Seperti, pelatihan militer di Aceh Besar. ”Jadi, tidak hanya soal Sarinah, semua masih dikembangkan,” tuturnya.
Tidak hanya itu, Polisi dipastikan telah memeriksa lima narapidana Lapas Kelas I Tangerang. Kelimanya diperiksa karena diduga mengetahui terkait kepemilikan senjata pelaku teror dan senjata yang telah diamankan selama pengejaran pelaku teror. ”Itu bon atau pinjam napi untuk mengetahui lebih dalam soal persenjataannya,” paparnya.
Sejak awal sudah ada dua residivis yang dipastikan menjadi pelaku teror Plaza Sarinah. Apalagi, salah satunya dipastikan baru bebas pada akhir 2015. Tentunya, hal tersebut membuat polisi harus menyasar sejumlah narapidana. ”Ya pemeriksaan belum ada hasilnya. Semoga bisa secepatnya diketahui dari terpidana,” ujarnya.
Sumber internal Polri menyebutkan bahwa salah seorang yang ditangkap bernama Fajrin. Dia ditangkap di Balikpapan. Perannya cukup penting dalam aksi teror Plaza Sarinah, yakni sebagai ahli perakit bom. ”Dia belajar merakit bom saat di Poso,” ujar sumber tersebut.
Ilmu merakit bom ini kemudian diajarkan pada Dian Juni Kurniadi, salah satu pelaku pengeboman yang tewas saat teror Sarinah. ”Ya ini semacam guru merakit bom untuk para pelaku,” paparnya ditemui kemarin.
Sementara saat dikonfirmasi terkait suara rekaman Bahrun Naim yang menegaskan tidak terkait dengan pengeboman Plaza Sarinah, Anton Charliyan menuturkan bahwa pihaknya sedang menganalisa apakah rekaman tersebut asli atau tidak. ”Bisa saja itu bukan Bahrun Naimkan,” paparnya.
Untuk menganalisa suara tersebut, Polri akan berupaya untuk mendapatkan suara pembanding dari suara Bahrun Naim. Kemungkinan besar suara rekaman Bahrun Naim saat dipersidangan atas kasus kepemilihan 579 peluru beberapa tahun lalu. ”Ya dibandingkan dan dilihat apakah sama atau tidak,’ jelasnya.