Majikan Beri Dukungan Penuh dan Tester Pertama

Para Buruh Migran di Hongkong yang Rintis Bisnis dari Hasil Belajar BMC

Kelompok belajar entrepreneurship Business Model Canvas mendorong sejumlah buruh migran di Hongkong untuk jeli melihat peluang di sekitarnya. Jadi pegangan kala kelak pulang kampung. Berikut laporan wartawan Jawa Pos (induk Bandung Ekspres) NORA SAMPURNA yang baru balik dari Hongkong.

Business Model Canvas (BMC)
YERRY NOVEL/RADAR SLAWI

KREATIF: Kania Putri (kiri) mempersilakan rekan-rekannya sesama buruh
migran di Hongkong menjajal kerupuk lele belum lama ini.

KANIA Putri hanya punya satu tujuan ketika memutuskan berangkat ke Hongkong: bekerja sebagai buruh migran untuk mengumpulkan uang buat keluarga. Sesederhana itu. Tidak terlintas sedikit pun untuk memiliki usaha.

Namun, perkenalan dengan kelompok belajar Business Model Canvas (BMC) mengubah pemikiran Kania. BMC yang digagas Winarsih Satuman dan Tri Sumiyatik ”Zoplo”, dua buruh migran senior di Hongkong, itu memang getol menyebarkan mindset entrepreneurship kepada sesama rekan. BMC juga bisa diartikan Buruh Migran Cerdas.

Di salah satu kelas BMC yang rutin diadakan setiap Minggu di taman Festival Walk, Kowloon Tong, Hongkong, dikenalkan tentang masalah, kebutuhan, peluang (MKP) yang bisa dijadikan dasar untuk mencari ide bisnis. ”Pertemuan pertama, kedua, saya masih bingung, diam saja,” kata Kania yang tiba di Hongkong empat tahun silam itu. Tetapi, materi tentang MKP tersebut terngiang terus.

Perempuan lulusan madrasah tsanawiyah (setingkat SMP) itu lantas teringat, ketika cuti dan pulang ke tanah air, dirinya dan suami sangat suka makan ikan lele.

Nah, sekembali ke Hongkong, ketika kelas BMC hampir selesai, setiap murid diberi tugas menyusun bisnis masa depan. ”Saya buka lagi pelajaran yang saya dapat, memulai usaha tidak harus dengan modal besar, tidak harus berpendidikan tinggi, peluang ada di sekitar kita,” urai perempuan kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 14 Januari 1978, itu.

Kania lantas berdiskusi dengan suami, M. Faizun Ulu Rosad. Di samping rumah ada lahan kosong yang selama ini tidak dimanfaatkan. ”Kenapa lahannya nggak dibikin budi daya lele saja,” tutur Kania mengenang awal menggeluti dunia usaha.

Tinggalkan Balasan