Fasilitas Surga untuk Koruptor Al Quran

Sudjongo mengatakan, pengobatan di luar lapas tidak lah dilarang. Terlebih lapasnya hanya memiliki dua orang dokter. Yakni seorang dokter umum dan seorang dokter gigi. Dua dokter tersebut mesti siap melayani narapidana sebanyak 1.491 orang. ”Kami juga harus memanusiakan mereka. Semuanya memang serba terbatas. Yang menjaga keamanan untuk penjara sebesar ini pun hanya lima orang,” paparnya.

Selama keluar, Sudjongo meminta Zulkarnaen dan anaknya tetap mendapat pengawalan dari kepolisian. Keberadaan polisi, sambunyinya, untuk mencegah adanya kongkalikong antara si narapidana dan anak buahnya untuk plesir ke tempat lain. ”Saya pastikan tidak ada kejadian keluar masuk seminggu dua kali di sini,” paparnya.

Sementara, Kepala Kesatuan Keamanan Lapas (KKLP) Pondok Rajeg, Suprianto, justru membenarkan ‘”lembeknya” izin keluar-masuk bagi Zulkarnaen dan sang anak. Menurutnya, kondisi penyakit kedua terpidana itu memerlukan penanganan intensif dokter spesialis.”Dia (Zulkarnaen dan Dendy) punya dokter khusus. Jadi kami izinkan melakukan terapi di luar,” kata Suprianto.

Terkait tempat terapi keduanya, Suprianto mengaku tidak mengetahui secara detail. Ia menegaskan, dalam proses terapi, Zulkarnaen dan Dendy tetap mendapat pengawalan dan penjagaan ketat dari petugas Lapas. ”Kami tetap antisipasi agar tahanan tidak kabur,” ungkapnya.

Sejatinya Radar Bogor sempat bertemu Zulkarnaen saat Jumat (1/1) di areal lapas. Dia nampak segar saat berkemeja putih dengan paduan celana panjang hitam. Saat itu, dia asyik duduk di bangku panjang, tepat pelataran kantor staf Lapas. Memang, tak semua napi bisa berlaku seperti itu.

”Alhamdulillah sehat,” jawab Zul singkat, saat ditanya wartawan ini perihal kabarnya.

Selanjutnya, Zul enggan menanggapi. Dengan mimik terheran dan tegang, mantan Anggota Komisi VIII non-aktif dari partai Golkar itu pamit dan langsung meninggalkan ruangan. ”Maaf,” singkatnya.(gar/azi/d)

Tinggalkan Balasan