Terapi Alam Hingga sampai Modifikasi Kurikulum

Melihat Usaha Para Pendidik Luar Biasa Menstimulus ABK

KEISYA berjalan cepat meninggalkan guru dan teman-temannya di belakang. Anak usia enam tahun ini terlihat bersemangat menyusuri jalan setapak. Padahal, jalannya menanjak dan agak licin.

Sementara di belakangnya, Wida Widyaningsih, salah satu gurunya kewalahan. Sebab, harus berjalan sambil menggendong Athar, anak usia tiga tahun.

’’Sini, biar saya saja yang gendong,’’ kata Rian, guru lainnya, sambil meraih Athar yang katanya kecapekan. Mereka lalu melanjutkan perjalanan hingga sampai di jalan beraspal, tempat kendaraan diparkir.

Keisya, Athar, Zaki, Danis dan Rasyad baru selesai menjalani terapi alam. Terapi ini dilakukan seminggu sekali, setiap hari Sabtu. Trek yang digunakan pagi itu di wilayah Dago Resort, kawasan Bandung. Anak-anak ini hiking sambil ditemani para guru. ’’Terapi ini melatih kemandirian, keseimbangan, kepercayaan diri juga,’’ jelas Rian Ahmad Gumilar, salah satu guru yang menemani anak-anak terapi Sabtu lalu (26/12).

Sekilas, Keisya dan teman-temannya seperti tidak ada masalah. Namun, sebetulnya mereka anak berkebutuhan khusus (ABK). Keisya sendiri punya masalah sosial, cenderung cuek dan jarang berkomunikasi dengan teman-temannya. Sama seperti Athar. Sementara Zaki, hiperaktif dan Danis punya masalah speech delay.

Menurut Rian, terapi alam ini bertujuan agar anak berinteraksi langsung dengan sungai, pohon, tanah, dan air. Bertujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak, terutama yang mempunyai kecenderungan tertentu. Terkadang, pihaknya bekerja sama juga dengan warga setempat untuk melibatkan anak-anak dalam terapi. Seperti, menanam, memanen tomat, memberi makan ikan, hingga menangkap ikan.

Hasilnya, memang tidak langsung terlihat. ’’Kayak Danis, butuh satu tahun untuk bisa kelihatan hasilnya. Sekarang dia sudah seimbang (jalannya),’’ kata Tri Irfan Robiansyah, guru yang juga Penanggung Jawab Terapi Alam hari itu.

Maksud dari jalan seimbang, karena ABK ada yang bermasalah dengan keseimbangan. Contohnya, setiap jalan sering berbelok-belok kakinya atau posisi kaki tidak bagus untuk tulang. Untuk memperbaiki masalah semacam ini di kelas, agak sulit. Melalui terapi alam ini, anak dilatih untuk mengurangi hambatan yang dia miliki. ’’Stimulasi ini juga berhubungan langsung dengan otak,’’ kata Tri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan