Penangkapan Asep Urip dan Zaenal, sebelumnya, kata dia dilakukan setelah Densus 88 penangkapan dua orang lainnya yang diduga teroris di Majenang, Jateng. ”Dua orang itu sebelum ditangkap habis dari pesantren itu juga,” ungkapnya.
Sementara itu, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri masih mendalami pilihan tempat bersarang sementara bagi tiga terduga teroris yang ditangkap pada Sabtu (19/12) malam. Namun, muncul spekulasi tiga orang diduga pentolan jaringan Jamaah Islamiah (JI) atau cabang dari Al Qeadah di Indonesia ini karena merasa nyaman tinggal di Mojokerto.
Setidaknya selama bersosialisasi atau berperilaku hidup keseharian mereka menggunakan metode baru. Lebih terbuka dan aktif di dalam berbagai kegiatan warga, untuk menutup kedok sebagai jaringan teroris. ”Kenapa memilih Mojokerto? Ini pertanyaan yang menarik. itu yang sedang didalami Mabes Polri,” ujar AKBP Budhi Herdi Susianto, kapolres Mojokerto dihubungi kemarin (21/12).
Tiga terduga teroris yang ditangkap Tim Densus dalam waktu dan tempat yang sama, di rumah terapi Jalan Empunala Nomor 78, Lingkungan Balongcok, Kelurahan Balongsari, Kota Mojokerto memang sengaja menempati rumah terpisah. Moch. Choirul Anam alias Amin alias Bravo, menempati rumah di Trowulan Gang I Desa/Kecamatan Trowulan. Di rumah kontrakan ini pentolan JI Indonesia asal Semarang, Jateng itu tinggal bersama istri dan kelima anaknya sudah lima bulan. Sedangkan Teguh Basuki alias Bambang Sugito, memilih bertempat tinggal di Dusun Sambiroto, Desa Mlaten, Kecamatan Puri.
Pria asal Magelang Jateng tersebut telah menghuni rumah kontrakan bersama istri dan empat anaknya selama dua bulan berjalan. Sementara, Indraji Idham Wijaya, sengaja menempati rumah kontrak milik seorang dokter di Jalan Empunala Nomor 78, Lingkungan Balongcok. Selama lima bulan rumah yang dibuat sebagai rumah terapi pijat, pria asal Dusun Notog, Desa/Kecamatan Patrikraja, Banyumas, Jateng itu tinggal bersama satu istri dan dua anaknya.
”Rata-rata memang menempati rumah kontrakan dan masih baru, antara dua sampai lima bulan,” imbuh Budhi. Melihat kurun waktu ketiganya menempati rumah, mulai memunculkan banyak spekulasi. Ada yang menyebutkan, di mata mereka Mojokerto dianggap sebagai wilayah aman melakukan aktivitas rencana teror.