Mengenalkan Kembali Raden Dewi Sartika Lewat Sepotong Coklat

Seperti diketahui, kata Yanyan, sosok Raden Dewi Sartika diakui sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah Pusat pada 1966 silam. Dirinya pun dianggap sebagai tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan.

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik. Sambil bermain di belakang gedung Kepatihan Cicalengka, dia sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca dan tulis serta bahasa Belanda kepada anak-anak pembantu Kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

”Saat itu, Dewi Sartika baru berusia kurang lebih 10 tahun, ketika di Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda, yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan,” urainya.

”Wajar, karena saat itu belum ada anak yang memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang perempuan,” paparnya. (yul/rie)

Tinggalkan Balasan