Buntutnya, penangkapan karena membela TKI dalam sebuah kasus penipuan pernah dialaminya. Bahkan, keluarga besar lulusan magister di University of Oklahoma, Amerika Serikat, itu sejatinya tidak mendukung langkah berisiko tersebut.
Apalagi, dengan maksud agar bisa fokus membantu TKI, Alex berencana melepas sebagian besar perusahaan yang dimiliki. ’’Mertua, lalu mama saya (menolak, Red). Ini juga tidak mudah untuk saya karena saya memiliki ribuan karyawan yang harus dipikirkan,’’ ujarnya.
Bisnis Alex bergerak di sektor trading, tambang, green energy, dan software. Akhirnya dia memantapkan hati untuk hanya mempertahankan tiga perusahaan. ’’Lima lainnya saya lepas, tapi dengan lebih dahulu memastikan karyawan saya bisa terus hidup dengan pemilik yang baru,’’ paparnya.
Pengorbanan itu rela dilakukan karena bagi dia, membantu TKI sama dengan membantu Indonesia, ’’negeri keduanya’’. Indonesia diakrabi Alex sejak 1990, ketika dia menjadi konsultan bagi beberapa perusahaan di sini. Tugas itu membuatnya bisa berkeliling ke banyak wilayah negeri ini.
Pada 2000 atau setahun setelah menetap di Surabaya, pertautannya dengan Indonesia kian kental. Alex mempersunting Sandra Herawati, 44, warga Jakarta. Kebahagiaan keduanya semakin lengkap kala dianugerahi dua buah hati.
’’Kami tinggal di daerah Embong Malang, Surabaya. Banyak kenangan manis di sana. Apalagi, kulinernya seperti sate kambing dan ayam penyet enak sekali,’’ kenangnya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Alex mendapat kabar bahwa sang ayah meninggal dunia. Dia sangat terpukul karena tak bisa mendampingi di detik-detik terakhir.
Peristiwa itulah yang lantas memicu pergolakan batin. Dia mulai mengkaji apa tujuan hidup ini. ’’Yang saya pikirkan sebelumnya hanya masalah untung rugi. Tapi, bagaimana dengan tanggung jawab sosial dan dosa besar lain,’’ tuturnya.
Sampai akhirnya, dua rekan lamanya, Wahyu Susilo dan Anis Hidayah, mengontaknya pada Juni 2002. Mereka meminta Alex menjadi ’’mata’’ mereka di sana. Maksudnya, turut mengawasi nasib TKI di Malaysia.
Alex langsung menyanggupi permintaan itu. Dia memang mengenal baik Wahyu dan Anis sejak diundang di sebuah acara Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada 1999.