Bersantai di Rumah Kopi

Dekat Masjid, Jadikan Kantor Kedua

Menikmati kopi bukan sekadar melepas dahaga, tetapi untuk memberi kepuasan atas cita rasa dari setiap tegukannya.

MUHLIS MAJID – MAKASSAR

RUMAH KOPI namanya. Biasa disingkat RUKO. Tempatnya, di belakang Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, di deretan toko penjual kue. Meski sederhana, namun menyimpan banyak cita khas yang membuat pelanggan betah nongkrong berlama-lama.

Jumat, 20 November siang, saya berkunjung bersama teman. Mau rasa apa? Sang pemilik menawari sambil tersenyum. ’’Sembarang,’’ jawabku. ’’Waduh, tidak ada menu sembarang di sini,’’ kata pemilik sambil tertawa. Sambil menunggu pesanan, sodoran tanganku bersalaman sebagai perkenalan disambut balik pemilik. Namanya Wildan Lutfi. Bincang-bincang seputar kopi kami mulai. Ternyata sang pemilik sangat jago menjelaskan tentang kopi. Mulai sejarah, segala jenis kopi, racikan, dan cita rasa ia tahu. Bahkan untuk mengedukasi pelanggan, pemilik memasang spanduk besar yang menjelaskan sejarah kopi.

Pemilik mengaku, sebelum mendirikan warkop sudah banyak berkeliling ke berbagai lokasi yang menyajikan banyak racikan kopi. Bahkan sampai belajar di luar negari, seperti Jepang dan Eropa. Dari pengalaman itulah katanya, dia sodorkan untuk sajian di warkopnya.

Hasilnya, dari sejak buka Oktober lalu hingga sekarang, warkopnya selalu ramai dan tak pernah kosong. Bahkan, ada pelanggan yang dari pagi hingga malam duduk di warkop itu. Salah satunya Pak Yadi Suryadi, yang sempat juga diperkenalkan kepada saya. Dia seorang direktur di sebuah kantor swasta Jalan AP Pettarani Makassar. Yadi mengaku hampir setiap hari datang menenteng sebuah komputer jinjing. ’’Sekarang kantor saya bertempat di rumah kopi ini,’’ kata dia sambil tertawa keras.

Bagi Yadi, ngopi itu sebuah proses menyenangkan, yang membuat dirinya menjadi lebih bahagia. Bahkan sebelum tegukan pertama. Menyeduh kopi kata dia, seperti menyeduh sebuah seni. ’’Kita bahagia dengan segala detil, yang membuat kopi terasa lebih seksi,’’ katanya.

’’Yang kedua, tempat ini sangat dengan masjid. Selain bekerja, kita juga harus memiliki kedekatan dengan Tuhan sebagai penentu rezeki,’’ jelasnya. (*)

Tinggalkan Balasan