”Dia (korban) mendapat empat jahitan pada bibir bagian bawahnya dan satu gigi seri atasnya patah, satu gigi seri lainnya langsung copot pada saat itu juga,” tambahnya.
Sementara itu, ayah Andi, Sahudin, 44, mengungkapkan, keluarganya sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa anaknya tersebut. Akibat perbuatan saudara temannya itu, Andi mengalami trauma dan ketakutan. Dia menilai, anaknya merasa dirinya sedang diincar untuk dibunuh.
”Dia jadi sulit bicara. Selain ketakutan dan trauma, dia merasa malu dan minder. Saya tidak mengerti kenapa seorang yang ngakunya mahasiswa bisa melakukan hal sadis kepada anak kecil seperti ini. Adik dia juga apa pernah dipukuli sama anak saya sampai berdarah begitu,” katanya saat ditemui di rumahnya di Kampung Mekarsari/Cieunteung, Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah.
Pada saat itu pun, tutur Sahudin, dirinya langsung melaporkan peristiwa tersebut pada Polsek Dayeuhkolot. Sahudin mengaku sempat dihubungi keluarga Nathan supaya mencabut laporan tersebut.
”Bukan saya tidak mau memaafkan. Saya memang orang miskin, tetapi tidak bisa direndahkan seperti itu. Saya minta musyawarah, tapi ditolak dengan alasan sibuk. Ini ada penganiayaan terhadap anak kecil, di sekolah, oleh keluarga murid lain. Apa polisi pun akan diam saja,” tuturnya.
Saat dihubungi melalui telepon, Kapolsek Dayeuhkolot Kompol Irfan Nugraha mengatakan, baru memeriksa saksi-saksi dari pihak keluarga korban dan sekolah. Hingga saat ini, belum sempat memanggil pihak yang dilaporkan, setelah Sahudin melaporkan kejadian tersebut pada 10 Oktober.
”Kami baru memeriksa keluarga korban dan pihak sekolah, yaitu guru yang ada pada saat kejadian. Kalau mau lengkapnya Senin saja,” ujar Irfan.
Dalam Surat Tanda Penerimaan Laporan No. Pol : B/247/X/2015/POLSEK dari Polsek Dayeuhkolot yang dimiliki pelapor, mahasiswa smester 3 yang dilaporkan tersebut tertulis dengan nama Kelpin. Irfan Nugraha mengatakan, masih mendalami laporan dan kasus penganiayaan anak di bawah umur tersebut. (yul/rie)
