[tie_list type=”minus”]Galing sa Puso, Film dari Natalia S. Tjahja untuk Kalangan Kurang Beruntung[/tie_list]
Gemerlap karpet merah (red carpet) sudah biasa dititi para selebriti. Tapi, tidak bagi orang-orang yang sehari-hari tinggal di jalanan. Natalia S. Tjahja membuat film bagi kalangan kurang beruntung (unfortunate) serta menjadikan mereka tamu VIP dalam premiere Galing sa Puso di Manila, Filipina.
NORA SAMPURNA, Jakarta
[divider style=”dotted” top=”20″ bottom=”20″]
Juliete tidak bisa menyembunyikan semburat ekspresi bahagia saat melenggang di karpet merah untuk menuju Newport Cinema, Resort World Manila, Selasa (29/9) pukul 10.00 waktu setempat. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Tapi, matanya berkaca-kaca. Dia seakan belum percaya pada hari itu berjalan di karpet merah untuk menghadiri premiere film Galing sa Puso yang menampilkan dirinya.
Bagaimana tidak, sehari-hari dia tinggal di jalanan, tidur di parkiran Harrison Plaza, salah satu pusat perbelanjaan di Ibu Kota Filipina. Dia tidak pernah membayangkan bisa tampil di sebuah film. Ditambah lagi, pagi itu dia mengenakan gaun merah nan indah, serupa dengan busana yang diperagakan dalam ajang fashion show.
Juliete tidak sendiri. Ada ratusan orang lain, mulai pengemis, tunawisma, dan anak yatim yang turut merasakan pengalaman serupa. Berbaur dengan tamu lain. Total, ada 336 orang yang menyaksikan premiere film tersebut.
Adalah Natalia S. Tjahja yang berada di balik ide film Galing sa Puso (dalam bahasa Tagalog, berarti Dari Hati). Perempuan dari Semarang itu bertindak sebagai produser eksekutif, penulis cerita (scriptwriter), sutradara, sekaligus penggubah lagu film. Natalia dikenal sebagai pendiri Maria Monique Last Wish Foundation, yayasan yang peduli kepada kaum unfortunate dan mewujudkan keinginan terakhir anak-anak berpenyakit kronis. Yayasan tersebut dia dirikan karena terinspirasi sang putri, Maria Monique, yang meninggal di usia 7,5 tahun karena infeksi paru-paru.