SUMUR BANDUNG – Implementasi kredit Melati mampu mendorong sektor informan bergairah. Hal itu, terbukti dengan terus bertambahnya debitur dari kalangan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Program Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung, dalam melawan laju rentenir, mampu setiap harinya merealisasikan pinjaman tidak kurang dari 100 orang kreditur baru.
“Sejak digulirkan krdet melati pada Juni lalu hingga 27 September kemarin, sudah menyerap dana tidak kurang dari Rp 8,7 miliar dengan 3.400 debitur,“ kata Ditertur Utama PD Bank Perkreditan Rakyat Kota Bandung Acep Heri Suhana kemarin (1/10).
Dia menjelaskan, dalam tenggat waktu yang tidak begitu lama, kredit Melati berjalan sesuai rencana. Sehingga, menuai progran nontunggakan. ’’Itu terjadi karena PD BPR menerapkan pola pemberian kredit selektif dalam peruntukan modal, pembinaan nasabah serta terarah,’’ tukas Acep.
Mengacu pada APBD tahun 2015 Pemkot Bandung, Kucuran anggaran sebesar Rp 30 miliar, diprediksi pada Desember mendatang serapan akan menacapai 70 persen atau Rp 20 miliar. ’’Capaian tersebut kita (PD BPR) bicara kualitas bukan kuantitas,’’ urai Acep.
Menyoal kreditur baru yang ada di kisaran 100 orang atau 20 kelompok masyarakat (Pokmas), tutur Acep, mayoritas nasabah meminjam untuk usaha kecil dan warungan. Sehingga pinjaman kreditpun tidak lebih dari angka Rp 500 ribu hingga Rp 2,5 juta. Usaha mereka rata-rata sektor informal.
Oleh sebab itu, eksistensi usaha masyarakat tersebut mampu mempertahankan sektor ekonomi informal disaat ekonomi nasional cukup terpuruk.
’’Usaha masyarakat tersebut terus dalam pemantauan PD BPR. Alhasil kemajuannya menjadi pertimbangan untuk penamabahan modal usaha,’’ imbuh Acep. (edy/rie)