[tie_list type=”minus”]Perusahaan Tidak Mampu Bertahan di Masa Ekonomi Sulit [/tie_list]
LEMBANG – Naiknya nilai tukar dolar terhadap Rupiah berdampak pada pertumbuhan perekonomian Indonesia yang menurun. Di Kabupaten Bandung Barat sendiri, sekitar 700 pekerja terkena PHK karena perusahaan mengurangi beban operasionalnya.
Menurut Kepala Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Bandung Barat Heri Partomo, pekerja yang mengalami PHK paling parah pada bulan Agustus dan September 2015. ”Untuk perusahaan yang telah tutup secara keseluruhan di Bandung Barat baru satu perusahaan yaitu PT Sibatek,” ucapnya Heri kepada Bandung Ekspres di Hotel Grand Lembang kemarin (1/10).
Dia menjelaskan, PT Sibatek yang baru berdiri dua tahun d KBB ternyata tak mampu bertahan. Pihaknya masih berusaha melobi agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan kembali beroperasi jika dolar. Sementara, kurang dari 10 perusahaan yang saat ini mengalami kesulitan dalam perekonomian.
Dari koordinasi yang dilakukan Dinsosnakertrans dengan Apindo, hanya PT Sibatek melakukan PHK terbanyak sebanyak 300 orang. Sementara untuk perusahaan yang lainnya, di bawah dari itu. ”Ada yang 100 orang, 50 orang tapi memang paling banyak Sibatek. Secara keseluruhan jumlahnya segitu,” katanya.
Diakui olehnya, PHK yang terjadi saat ini merupakan PHK terbesar dan terparah yang dialami oleh Bandung Barat. PHK yang dilakukan oleh berbagai perusahaan tersebut dikarena untuk mengefektifkan dan efisiensi tenaga kerja. Penyebab terjadinya PHK di Bandung Barat menurutnya cukup beragam. Misalkan, karena habis masa kontrak dan tidak diperpanjang kontraknya.
Perusahaan yang ada, rata-rata bermasalah pada mesin-mesin produksi. Harga mesin jauh lebih mahal dibandingkan harga bahan baku. Karena mesin produksi masih import dari luar negeri. Meskipun bahan baku selama ini dari dalam negeri yang budget-nya jauh lebih ringan. Hal itulah yang membebani para perusahaan. (mg5/fik)