[tie_list type=”minus”]Rupiah Kini Tembus 14.500 per USD[/tie_list]
JAKARTA – Lorong gelap perlambatan ekonomi itu akhirnya bakal segera berakhir. Setelah terus merosot sejak 2010 lalu, grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi akan kembali berbalik naik pada 2016 mendatang.
Direktur Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) untuk Indonesia Steven Tabor mengatakan, turbulensi ekonomi memang masih melanda sebagian besar negara-negara di kawasan Asia, tidak terkecuali Indonesia. ’’Namun tahun depan, ekonomi Indonesia akan mulai membaik,’’ ujarnya saat paparan Asian Development Outlook 2015 Update di Jakarta kemarin (22/9).
Dalam laporan tersebut, ADB memang masih memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk 2014, ADB yang pada Maret lalu memproyeksi Indonesia bakal tumbuh 5,5 persen, merevisinya menjadi 4,9 persen. Adapun proyeksi ekonomi 2016 direvisi dari 6,0 persen menjadi 5,4 persen.
Namun, poin penting dari laporan ini adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,9 persen pada 2015 menjadi 5,4 persen pada 2016. Kenaikan ini sekaligus menjadi akhir dari episode panjang perlambatan ekonomi yang membekap Indonesia selama lima tahun terakhir sejak 2010 lalu.
Menurut Steven, perbaikan ekonomi tahun depan akan didorong oleh menguatnya investasi pemerintah dan berlanjutnya agenda reformasi pemerintah termasuk paket kebijakan ekonomi. ’’Percepatan deregulasi, investasi infrastruktur yang lebih kuat, serta pemulihan ekspor yang sebagian dipicu oleh depresiasi, diharapkan dapat berkontribusi pada naiknya kinerja ekonomi Indonesia,’’ paparnya.
Steven melanjutkan, pihaknya juga memproyeksikan pada 2016, serapan belanja pemerintah akan meningkat dibanding tahun ini. Apalagi, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mempermudah realisasi anggaran. Termasuk upaya penyederhanaan prosedur pengadaan tanah, serta percepatan proses lelang berbagai proyek pemerintah untuk tahun depan. ’’Reformasi kebijakan juga diperkirakan akan menstimulasi investasi swasta, meskipun pemulihannya terhambat sejumlah faktor seperti permintaan eksternal yang lemah,’’ katanya.
Dari sisi konsumsi, Steven menuturkan, daya beli masyarakat diproyeksikan akan terus berkembang. Dengan adanya kenaikan gaji pegawai negeri sipil dan keringanan pajak berupa Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi masyarakat berpenghasilan di bawah, akan mendorong belanja masyarakat. ’’Awal tahun ini, indeks kepercayaan konsumen turun, akibat pemotongan subsidi bahan bakar dan depresiasi rupiah. Tapi kini sudah mulai stabil,’’ imbuhnya.