Tergoda Dunia Film Gara-Gara Nonton Benyamin Syueb Syuting
Kamera, lighting, syuting, sempat membuat kepala Aris Nugraha pusing. Aris rindu dengan suasana syuting, karena sudah bertahun-tahun dipisahkan dari passion-nya. Tapi itu dulu, tahun 90an, jauh sebelum pria asal Garut ini menciptakan Bajaj Bajuri dan Preman Pensiun.
Silvya M Utami, Lengkong.
TAK disangkal lagi, dua sitkom televisi itu memang hits. Apalagi, Preman Pensiun. Lokasi syuting di Bandung dan para pemainnya yang mayoritas warga Kota Kembang, membuat masyarakat di Ibukota Jawa Barat itu merasa dekat, bahkan sayang. Di seri ketiganya yang akan syuting akhir September 2015 ini, Aris tetap bertindak sebagai sutradara dan penulis skenario.
Uniknya, Aris tidak memperbolehkan para pemainnya berimprovisasi sedikit pun. Bahkan, celetukan ‘Oh’, ‘Eh’, atau yang berbahasa Sunda seperti ‘mah’ dan ‘teh’ saja tidak boleh. ’’Kalau tidak percaya boleh dilihat berkas skenario dan videonya di YouTube. Semuanya sama persis, karena saya yang bikin,’’ tandasnya saat ditemui Bandung Ekspres di kawasan Talaga Bodas, Kota Bandung, belum lama ini.
Pengalaman Aris menjadi sutradara dan penulis skenario memang sudah cukup lama. Tercatat, Aris sudah menciptakan 28 serial. Baik yang disutradarai sendiri maupun hanya sebagai konseptor atau penulis skenario. Melalui Aris Nugraha Production (ANP), Aris fokus pada program komedi. Namun, perjalanan Aris menuju kursi sutradara ternyata tidak mudah.
Diapun bercerita bagaimana dunia film bisa menjadi passion-nya. Tahun 70an, lokasi di sekitar rumah Aris dijadikan tempat syuting film yang dibintangi almarhum Benyamin S. Melihat proses syuting secara langsung, dia kemudian jatuh cinta pada dunia perfilman. Hasil dari syuting itu baru bisa ditonton Aris di layar tancap beberapa tahun kemudian. Sejak itu dia mulai nyandu nonton tv. Padahal, waktu itu belum banyak yang punya tv. ’’Sampai kadang-kadang harus nebeng nonton di kelurahan atau rumah orang lain,’’ tutur pria yang lahir pada tanggal 1 April ini.
Masuk masa SMA, Aris sempat lupa dengan passion-nya. Dia fokus menjadi siswa berprestasi. Dan terbukti, setiap tahun, Aris selalu mendapat ranking, bahkan menjadi juara umum. Sayangnya, saat mengikuti seleksi ujian perguruan tinggi (saat itu namanya Sipenmaru), Aris tidak lolos. Hal ini membuatnya kecewa, sehingga enggan melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi.