Jaringan Pembuluh Darah Langsung Tersaji

Untuk mengajari mahasiswa kimia dengan sistem coding, Faqih harus memeras pelajaran empat tahun pembuatan aplikasi hanya dalam 14 pertemuan. Dia menggunakan aplikasi Intel XDK yang dinilai memiliki tool mudah. Puluhan aplikasi berbasis pendidikan kimia mahasiswa UIN itu kini bisa diunduh bebas melalui telepon seluler dengan tiga sistem operasi tersebut.

Setelah nyambi membantu mahasiswanya, kompetisi tahun kedua real sense pun datang pada 2014. Faqih juga lebih siap. Idenya kali ini adalah pengembangan real sense untuk pendidikan anatomi manusia.

Karena real sense saat ini hanya bisa mengenali telapak tangan, wajah, dan separo badan, Faqih berfokus pada pengembangan anatomi telapak tangan. Anatomi telapak tangan yang dia kembangkan diberi nama Carpus Augmented Reality Anatomy.

Saat sebuah telapak tangan didekatkan ke kamera, layar komputer mampu merekam langsung gerakan real time tangan itu. Saat Faqih memerintahkan kata blood kepada komputer, misalnya, kulit tangan tersebut hilang, lantas terbuka jaringan pembuluh darah dari telapak tangan tersebut.

’’Kalau bilang bones, maka akan kelihatan tulang-tulangnya dan bisa bergerak,’’ katanya sambil menunjukkan hasil karyanya langsung.

Faqih dibantu dua asistennya untuk meng-coding bentuk sistem pembuluh darah dan tulang demi mendekati bentuk nyata. Tapi, dari sisi eksekusi, menurut Faqih, karyanya itu masih kasar dan perlu penyempurnaan.

’’Waktu dikirim untuk challenge, tim saya belum begitu paham terkait aplikasi tiga dimensinya. Sehingga dibuat sambil sinau (belajar, Red),’’ ujarnya.

Pada April 2015, aplikasi Carpus ternyata masuk sebagai salah satu finalis. Padahal, pada tahun kedua kompetisi real sense itu, ada setidaknya 800 orang dari Indonesia yang memasukkan karya untuk dinilai.

Ternyata, rangkaian kegiatan Faqih sejak 2013 hingga mengembangkan Carpus pada 2015 dinilai memiliki pengaruh tinggi. Buntutnya adalah telepon dari Firstman itu, yang mengabarkan bahwa Faqih memenangi Intel Black Belt Software Developers.

’’Saya sekaligus ditawari, sekalian mau ke IDF (Intel Development Forum, Red) di Amerika nggak. Ya saya bilang mau,’’ ujarnya.

Dengan biaya dari Intel, Faqih ikut dalam IDF yang digelar di San Francisco, Amerika Serikat, pada 16–24 Agustus lalu. Malam pertama di kota itu, Faqih bersama enam peraih Intel Black Belt 2014 2015 diundang ke AT&T Baseball Park, kandang tim bisbol San Francisco Giants, untuk menerima penghargaan black belt tersebut.

Tinggalkan Balasan