[tie_list type=”minus”]Berbagi Pengalaman Menimba Ilmu di Negara Jerman[/tie_list]
MENJADI seorang pengajar di perguruan tinggi atau dosen, tentu memiliki metode tersendiri agar mahasiswa memiliki wawasan luas. Apalagi, jika sang dosen memiliki segudang pengalaman saat menimba ilmu di luar negeri. Tentu pengalamannya akan di-share saat mengajar di kelas.
Dosen sekaligus Wakil Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung Dr rer nat H Martha Fani Cahyandito SE MSc CSRS mengaku suka berbagi pengalaman positif kepada mahasiswa baik di dalam maupun di luar kelas. Berikut wawancara singkat Bandung Ekspres bersama lulusan Universitas Freiburg Jerman ini di Jalan PH H Mustofa belum lama ini.
Sebelumnya, saya ingin mengetahui apa memotivasi Anda belajar ke Jerman?
Saat lulus S1 di Unpad pada 1998, saya memang sudah bertekad bersama teman-teman se-geng untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Teman-teman saya ada yang memilih Amerika, Australia, Jepang, dan lain-lain. Kalau saya lebih memilih Jerman.
Apa alasan Anda memilih Negara di Eropa?
Saya pilih Jerman karena tertarik dengan budayanya. Jerman itu Negara yang maju di bidang teknologi, tapi tidak serta merta mengubah culture dan lingkungannya.
Berapa lama Anda kuliah di Jerman?
Saya terbilang cepat dalam menyelesaikan studi. S2 biasanya ditempuh dalam waktu dua tahun, tapi Alhamdulillah saya bisa selesai satu setengah tahun. Begitupun dengan S3, rata-rata orang selesai selama tiga tahun, tapi saya bisa selesai dua setengah tahun.
Sekarang anda menjadi seorang dosen, apakah ini cita-cita Anda?
Jujur, pada awalnya, cita-cita saya bukan jadi dosen melainkan bekerja di mutinational corporations. Saya suka tantangan. Saya senang diberi kasus, lalu saya presentasi di hadapan board of director bagaimana memecahkan masalah itu. Tapi, saat saya mengerjakan tesis, saya kok nyaman berada di lingkungan akademik.
Cara belajar seperti apa yang Anda share ke mahasiswa di kampus Anda, atau mahasiswa Indonesia sesuai pengalaman yang Anda?