Imah Rancage Cegah TKI Non Prosedural

‪CILILIN – Penanganan kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) atau tenaga kerja Indonesia (TKI) memerlukan keseriusan yang tinggi. Terlebih, selama ini banyak munculnya kasus TKI terbunuh dan terluka. Ormas Imah Rancage bekerjasama dengan BNP2TKI, BP3TKI dan Dinsos Tenaga Kerja KBB mencoba menjawab problem TKI ini dengan menggelar kegiatan sosialisasi pencegahan TKI Non Prosedural di Kabupaten Bandung Barat (KBB), bertempat di Aula Kecamatan Cililin kemarin (7/9).

TKI -
ISTIMEWA

HARUS LEGAL: Para tenaga kerja Indonesia (TKI) meninggalkan ruang tunggu penampungan untuk berangkat ke Arab Saudi.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut, Kasubdit Sosialisasi BNP2TKI Joko, BP3TKI Bandung Panji, Tenaga Profesinal BNP2TKI Dono Prasetio, dari Dinsos Tenaga Kerja dan Transmigrasi KBB Sutrisno dan Abdul Wahid SH sebagai tenaga ahli anggota DPR RI Dede Yusuf. Ketua Ormas Imah Rancage H Dodo Hambali menjelaskan, masyarakat yang menjadi TKI sebagian besar ingin mendapatkan gaji yang besar untuk dapat menghidupi keluarga dan dirinya dengan menjadi tenaga buruh dan pembantu rumah tangga.

”Luapan rasa gembira akan mereka tampakan jika dapat merasakan hidup di negeri orang dengan target gaji yang besar,” ujar Dodo di tengah sosialisasi.

‪Hadir dalam kegiatan itu, sekitar dua ratusan masyarakat dan stakeholder terkait. Mulai dari TKI yang akan berangkat, keluarga TKI, mantan TKI dan tokoh masyarakat setempat. Sebagai informasi, daerah ini termasuk penyuplai TKI terbesar di KBB bahkan Jawa Barat. Dijelaskan, selama ini, rata-rata para calon TKI dihadapkan pada kesulitan ekonomi. Maka, dengan menjadi TKI akan membulatkan tekad mereka untuk bekerja meskipun di negeri orang di luar negeri.

Meskipun Indonesia sudah berpengalaman mengirim TKI ke luar negeri, namun kenyataannya, masih banyak terjadi penyimpangan bersifat prosedural akibat oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab maupun akibat minimnya perlindungan terhadap TKI. ”Tidak jarang calon TKI pada umumnya mendahulukan prospek hasil materi yang berlimpah dan mengesampingkan resiko beratnya bekerja di negara asing yang berbeda demografis dan budayanya,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan