Petugas kemudian melakukan tes urine kepada Anggita. Hasilnya, urine tersebut mengandung tiga jenis narkoba sekaligus. Yaitu, sabu-sabu, ekstasi, dan ketamin. Sampai berita ini ditulis, polisi belum bisa mengorek keterangan dari Anggita terkait dengan narkoba dan praktik prostitusi tersebut. Sebab, Anggita masih terpengaruh narkoba.
Berdasar pemeriksaan sementara, terungkap bahwa model foto majalah dewasa itu tiba di Surabaya sejak Senin lalu untuk syuting film. Tiap malam sejak kedatangannya di Surabaya, dia melayani tamu hidung belang hingga akhirnya tertangkap. ”Yang bersangkutan sudah tiga kali melayani tamu,” ungkapnya.
Cara jaringan tersebut dalam menjajakan PSK-nya boleh dibilang berbeda daripada kebanyakan. Para PSK dimasukkan ke kamar hotel yang berbeda. Tamu yang memesan diminta melihat PSK itu secara langsung. Jika tamu merasa cocok, transaksi bisa langsung dilakukan. Tetapi, jika merasa tidak cocok, tamu bisa memilih PSK lain yang sudah tersedia di kamar yang berbeda.
Karena itulah, empat model yang ditangkap kali pertama berada di kamar yang saling bersebelahan. Takdir menjelaskan, mereka bertarif Rp 1 juta hingga Rp 2 juta untuk sekali main. Pemesan harus lebih dulu membayar uang muka sebesar Rp 500 ribu yang ditransfer ke rekening YY.
Lain lagi Anggita. Perempuan yang pernah menjadi bintang karena berhubungan intim dengan terpidana mati Freddy Budiman di ruangan pejabat lapas tersebut bertarif Rp 8,5 juta sampai Rp 10 juta untuk sekali main. Pemesan harus mentransfer Rp 1,5 juta terlebih dahulu ke BS. Sisanya dilunasi setelah ”eksekusi”.
Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya Kompol Manang Soebeti menuturkan, mucikari itu memiliki jaringan antarkota. Para PSK tidak hanya di-booking di Surabaya, tetapi juga di beberapa kota besar di Indonesia. ”Kalau ada yang booking, baru didatangkan,” ujarnya. Termasuk Anggita yang ikut ditawarkan melalui mucikari.
Para PSK tersebut ditawarkan melalui grup BBM. Pria hidung belang baru bisa memesan setelah bertukar PIN BBM dan diizinkan masuk ke dalam grup tersebut. Karena itulah, polisi meyakini bahwa mucikari dan pemesan sudah pernah kontak mata sebelumnya.
Polisi bakal melibatkan Satreskoba Polrestabes Surabaya untuk menindaklanjuti temuan urine yang positif. ”Untuk sementara ini, statusnya belum tersangka. Kami masih menunggu yang bersangkutan siuman,” jelas mantan Kapolsek Sawahan tersebut. (eko/c20/fat/rie)