Sejak 2010 Iwan selalu mengeluhkan kondisi persepakbolaan Indonesia yang karut-marut. Sampai sekarang itu juga yang masih menjadi bahasan Iwan. ”Dia terus mengamati perkembangan sepak bola Indonesia. Dan dia prihatin melihat kondisinya yang seperti sekarang ini,” ungkap Yon.
Populer sebagai bintang tidak membuat Iwan lupa diri. Teman-teman Iwan menilainya sebagai pribadi yang sederhana dan bersahabat. Dia memang sudah jadi bintang saat mulai kuliah. Namun, sikapnya betul-betul membumi. Wahyu merasakan sendiri. Suatu hari Iwan pernah mengajak teman-teman seangkatan main ke kosnya yang tidak jauh dari kampus di kawasan Lenteng Agung.
Di kamar kos Iwan mengeluarkan banyak foto miliknya. Dia lantas meminta kawan-kawannya itu memilih satu foto untuk dijadikan sampul album yang sedang dikerjakan. ”Itu kenangan yang saya ingat bersama Bang Iwan. Dia itu dekat sekali dengan kami. Meskipun secara usia bedanya cukup jauh. Dan dia sudah terkenal sekali, sudah punya beberapa album, tapi masih mau bergaul dengan teman-teman,” sekali, sudah punya beberapa album, tapi masih mau bergaul dengan teman-teman,” papar dia.
Pengalaman Raja beda lagi. Dia pernah mengantar Iwan manggung di IKIP. Saat itu Iwan sudah terkenal dan punya mobil. Tapi, dia tidak berkeberatan diantar Raja hanya dengan sepeda motor. Yang lebih mengagetkan, saat panitia hendak memberikan honor manggung, Iwan langsung menolak. Alasannya, saat itu dia hanya ingin berkarya dan menyebarkan karyanya.
Kesederhanaan Iwan juga dirasakan Yon. Dia mengatakan, kendati sudah menjadi bintang dan begitu terkenal, Iwan masih tetap Iwan yang dulu. ”Sekali waktu pernah saya ajak ke pujasera di Kebon Sirih, di seberang gedung Dewan Pers. Dia tidak canggung dan masih mau makan di pinggir jalan seperti itu,” ucap Yon sambil mengenang kejadian tersebut. (*/c9/sof/rie)