Dapat Pesanan dari Pasukan Berkuda Timor Leste

Keyakinan itu bagi dia cukup beralasan. Terlebih sejauh ini, masih saja ada pesanan untuk peralatan berkuda. Ordernya lumayan, meski tidak tiap hari order itu ada.

‪Pemesan, tak hanya datang dari Jawa Barat. Bahkan, pesanan pun pernah datang dari Negara Timur Leste dengan pesanan sebanyak 150 unit pelana kuda saat Timor Leste baru merdeka.

‪”Pelana itu dipesan untuk perlengkapan berkuda pasukan Timor Leste. Semuanya dikasi harga saat itu Rp 200 juta,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, untuk peralatan pelana dia biasa menjual Rp 3 juta. Namun, harga tersebut diakuinya jauh berbeda jika dibandingkan dengan alat pelana yang didapat dari hasil impor.

‪”Jadi kalau kita bandingkan perbedaan harga kita dengan harga luar negeri sangat jauh. Untuk harga pelana kita menjual tiga juta, kalau dari luar itu harganya bisa mencapai Rp 17 juta. Bahkan, lebih,” paparnya.

Namun, dia kini tidak lagi menggantungkan sepenuhnya mencari nafkah dari keahlian membuat pelana. Marasati pun mulai menggunakan bahan-bahan sisa kulit untuk menjadi dompet, ikat pinggang, tas, topi dan lainnya. Begitu pun perlengkapan hewan lainnya. Seperti, tali anjing dan kucing serta peralatan lainnya yang berbahan dasar kulit.

‪”Awalnya kami hanya menjual alat berkuda saja. Tapi, sekarang kita kembangkan ke peralatan hewan lainnya. Memang berat kalau terlalu bergantung pada pesanan pelana,” ujar dia.

‪ Selain itu, untuk mengembangkan target pasar yang sudah semakin jarang, dia kembangkan ranah penjualannya ke online. Namun, dalam ranah online ini dia berperan sebagai pemasok untuk kebutuhan kelengkapan alat berkuda dan alat kelengkapan hewan tersebut.

‪”Penjualan ini dibilang sulit, nggak. Dibilang gampang juga nggak, karena moda transportasi kan sudah berubah. Namun, di tempat lain masih banyak yang membutuhkan jadi kami coba menjadi pemasok untuk penjual secara online,” terang dia.

‪Sementara untuk soal omset yang didapat, diakuinya, penjualan ini tidak tentu. ”Namina ge icalan kang, nuju pajeng nya pajeng, nuju sepi nya teu kekengingan. (Namanya juga jualan, lagi laku ya laku, lagi sepi ya nggak dapet apa-apa). Tapi nu meser mah aya wae, henteu seu’eur ge. (Kalau yang beli sih ada aja, walaupun tidak banyak),” ucapnya dengan sangat santun. (gat/rie/hen)

Tinggalkan Balasan