PADALARANG – Beberapa pekan pascalebaran, harga sejumlah kebutuhan pokok terutama komoditi sayuran belum juga turun. Bahkan, terdapat beberapa kebutuhan pokok yang saat ini harganya justru melambung tinggi, meski sebelumnya sempat turun. Salah satunya yakni cabai rawit merah atau orang Sunda menyebutnya cengek.
Berdasarkan pantauan wartawan di sejumlah pasar tradisional di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB), saat ini harga cabai rawit sudah menembus harga Rp 70 hingga Rp 80 ribu per kilogram. Padahal, pekan lalu harganya hanya mencapai Rp 30 ribu per kilogramnya.
Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Tagog, Kecamatan Padalarang, Ny Suminar, 38, mengatakan sudah hampir sepekan harga cabai rawit terus merangkak naik. Bahkan, kata dia, saat ini kenaikannya sudah lebih dari 100 persen atau dua kali lipat dari harga sebelumnya.
”Saat ini saya menjual cengek (cabai rawit) dengan harga Rp 70 ribu per kilo. Minggu lalu, harganya masih Rp 30 ribu. Cepat sekali naiknya,” kata Suminar saat ditemui di Pasar Tagog Padalarang Minggu (9/8).
Ia mengaku tidak mengetahu secara persis apa penyebab cepat naiknya harga cabai rawit tersebut. Hanya saja ia menduga penyebabnya adalah akibat minimnya stok cabai rawit sebagai dampak musim kemarau panjang.
Hal serupa juga diungkapkan oleh pedagang sayuran di Pasar Cermat Batujajar, Neni, 45. Menurutnya, para pedagang sempat tidak memprediksi melambungnya kembali harga cabai rawit. Soalnya, pada tahun-tahun sebelumnya kenaikan harga hanya terjadi ketika bulan ramadan hingga lebaran. Pascalebaran, kata dia, biasanya harga-harga kembali turun dan stabil. ”Namun ini setelah lebaran, malah naik lagi. Terutama cabai rawit. Saat ini harganya sudah mencapai Rp 70 ribu. Ada juga yang jual hingga Rp 80 ribu per kilogramnya,” ungkap wanita berkerudung itu.
Kenaikannya harga cabai rawit memang terbilang paling menonjol dibanding komoditi sayuran lainnya. Sejumlah pedagang maupun konsumen pun mengaku kebingungan dengan melambungnya harga cabai rawit ini. Sebab, cabai rawit merupakan salah satu komoditi yang paling banyak digunakan masyarakat untuk kepentingan memasak sehari-hari.