GARUT – Akibat musim kemarau yang datang lebih awal, tiga saluran irigasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengering dan tidak dapat memenuhi kebutuhan lahan pertanian yang mengandalkan irigasi tersebut.
”Ada tiga saluran irigasi yang kering dan mengganggu pasokan air untuk areal pertanian sekitarnya,” kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut Uu Saefudin.
Tiga irigasi tersebut yakni Irigasi Cipacing di Kecamatan Cibatu, Irigasi Ciparigi di Kecamatan Banyuresmi dan Irigasi Cidahu di Kecamatan Karangpawitan. Adapun dampak dari mengeringnya Irigasi Cipacing menyebabkan lahan seluas 300 hektare sawah di Kecamatan Cibatu tidak terpenuhi kebutuhan airnya, kemudian Irigasi Ciparigi menyebabkan 290 hektare sawah kekeringan di Kecamatan Banyuresmi.
Selanjutnya Irigasi Cidahu sudah tidak dapat lagi mengairi areal persawahan seluas 190 hektare tersebar di sejumlah daerah, Kecamatan Karangpawitan.
”Setiap kemarau tiga irigasi itu memang selalu mengalami kekeringan, seperti Irigasi Cidahu sudah tidak lagi mendapat suplai air dari anak Sungai Cimanuk,” katanya.
Selain tiga irigasi itu, kata dia, di Garut memiliki 35 irigasi yang kondisi debit airnya mengalami penurunan dan terancam mengering apabila kemarau terus terjadi beberapa bulan kedepan.
”Irigasi lainnya dikhawatirkan ikut mengering kalau kemarau terus berkepanjangan,” katanya.
Menurut dia, irigasi yang mengering pada musim kemarau itu dapat teratasi jika Bendung Copong yang merupakan proyek besar pemerintah pusat sudah beroperasi.
”Kami yakin semua irigasi yang kering itu akan teraliri air dengan baik meskipun saat musim kemarau, jika Bendung Copong beroperasi,” katanya. (ant/mio)