Menurut Teten, langkah pemerintah membuka akses kepemilikan properti terhadap WNA merupakan salah satu strategi menghadapi persaingan di tingkat regional. Sebab, negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga sudah membuka akses properti bagi warga asing.
Sementara itu, Ketua Umum REI Eddy Hussy menuturkan bahwa pasar properti bagi WNA cukup besar. Menurut dia, banyaknya ekspatriat atau WNA yang bekerja atau memiliki usaha di Indonesia merupakan pasar prospektif. Sebab, sebagian besar di antara mereka berminat membeli dan mempunyai properti di Indonesia. ”Apalagi, jika dibandingkan dengan harga properti di Singapura atau Malaysia, kita masih jauh lebih rendah,” ungkap dia.
Berdasar kalkulasi REI, bila pemerintah membuka kepemilikan properti oleh WNA untuk apartemen dengan harga minimal Rp 10 miliar, setidaknya langkah itu bisa menarik pembelian hingga 10 ribu unit atau senilai total Rp 100 triliun. Dari jumlah tersebut, potensi pajak langsung maupun tidak langsung yang didapat pemerintah dapat mencapai Rp 40 triliun. (ken/c14/tia/rie)