[tie_list type=”minus”]Tuntut Perhatikan Nasib Atlet Disabilitas[/tie_list]
BANDUNG – Menjadi atlet memang tak seindah yang di bayangkan. Awalnya mendapat puja-puja dan menjadi kebangaan, karena prestasinya dapat mengangkat nama daerah atau bahkan nama negara. Namun setelah itu, mereka kerap dilupakan dan dianggap tidak pernah memberikan apapun bagi daerahnya.
Tak sedikit setelah menjadi atlet, mereka hidup dalam ketidakjelasan. Sebagian ada yang menyambung hidupnya dengan berdagang membuka warung, atau menjadi pekerja lepas. Ada juga yang sejahtera dengan diangkat menjadi pegawai Negeri Sipil (PNS), namun tak banyak.
Kota Bandung sendiri masih memiliki pekerjaan rumah terkait kesejahteraan atlet, terutama yang menyandang disablitas. Karna masih ada sosok atlet seperti Linda Indriani, 50. Perempuan kelahiran 2 Maret 1962 itu sudah menjadi atlet sejak 1992 lalu sebagai atlet angkat besi. Kemudian beralih menjadi atlet balap kursi roda.
Selama menjadi atlet angkat besi, Linda sempat meraih medali emas pada PON, perak pada Porcanas, perunggu pada PON di Kaltim. Sedangkan saat menjadi atlet balap kursi roda, dia dapat dua emas di Peparda Bekasi.
Di usianya yang sudah tak muda lagi, Linda masih menjadi atlet sampai sekarang. ’’Merasa masih kuat dan banyak dorongan dari teman-teman makanya terus berlatih,’’ ucap Linda.
Selain menjadi atlet, saat ini Linda menjabat sebagai Wakil Bendahara National Paralympic Commitee Indonesia (NPCI) Kota Bandung dan tinggal bersama suaminya di GOR Pajajaran, Kota Bandung dengan menempati ruangan seadanya yang disediakan oleh organisasi.
Meski begitu, pekerjaanya sebagai atlet dan wakil bendahara NPCI tak menutup kebutuhannya bersama keluarga. ’’Berjualan kopi, air mineral dan pulsa untuk tambah-tambah penghasilan sehari-hari. Karena kejuaraan nggak tiap hari. Walaupun pengurus NPCI selayaknmya digaji secara profesional, tapi nggak akan bisa selamanya jadi pengurus ataupun jadi atlet,’’ tuturnya.
Linda menilai pemerintah kota maupun provinsi masih awam dalam memfasilitasi atlet disabilitas. Menurutnya, pemerintah belum sepenuhnya memperjuangkan hak-haknya sebagai atlet. ’’Sering aksi dan audiensi, tapi tetap nggak ada hasil. Banyak teman-teman jadi atlet internasional, tapi nggak ada perhatian terhadap keberlangsungan hidupnya. Mau dilihat dari fasilitas publik ataupun pekerjaan nantinya setelah pensiun jadi atlet,’’ imbuhnya.