Dalam menyikapi hal ini pedagang beras harus ekstra sabar dengan membiarkan konsumen meneliti terlebih dahulu keaslian beras yang akan dibeli. Dia melihat banyak pelanggannya beralih membeli beras di supermarket karena dianggap lebih terjamin keasliannya. ”Padahal secara umum sama saja beras yang kami jual dengan yang ada di supermarket,” jelasnya.
Sementara itu, Mabes Polri meminta bantuan Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk ikut menguji beras plastik. Tujuannya untuk pembanding hasil uji laboratorium dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelumnya yang menyimpulkan negatif kandungan plastik.
Rektor IPB Herry Suhardiyanto menuturkan dia belum mengetahui secara detail teknis uji laboratorium itu. Dia menjelaskan uji sampel beras plastik ini akan langsung dilakukan oleh tim teknis di laboratorium IPB.
Menurutnya laboratorium IPB beserta SDM-nya memiliki kompetensi yang mumpuni untuk menjalankan tugas dari Mabes Polri itu. Setelah hasilnya keluar, akan langsung disampaikan ke polisi.
Lebih lanjut dia menjelaskan masalah isu beras plastik ini terkait dengan ketahanan pangan. Menurut dia masalah ketahanan pangan ini bermuara pada akses petani dalam ketersediaan lahan pertanian yang terbatas. ”Ini sebuah tantangan yang berat. Di saat jumlah penduduk semakin besar, kebutuhan akan lahan dan pangan semakin meningkat,” urai dia.
Sementara itu, belum ada keterangan resmi dari pihak Universitas Indonesia (UI). Rektor UI Muhammad Anis belum bisa dikonfirmasi tentang uji laboratorium contoh beras plastik. Kemungkinan skema yang ada di UI bakal sama dengan di IPB. Yakni jajaran Mabes Polri akan langsung berkoordinasi secara intensif dengan tim laboratorium kampus. (wan/end/rie)