Camat PangalenganYayan Suheryan membenarkan, pernyataan Marlan. Untuk kecamatan, kata dia, sudah menangani maksimal, terutama kepada para korban selamat yang sebelumnya mengungsi di Aula Kantor Desa Margamukti. Sedangkan upaya tindak lanjut pasca dihentikannya evakuasi, masih akan menunggu hasil keputusan rapat.
Disinggung masalah pertanggungjawaban perusahaan Geothermal Star Energy, dia menyampaikan, sejauh ini sudah cukup koperatif dengan memberi santunan untuk biaya pemakaman korban meninggal sebesar Rp 4 juta per orang. Bagi para korban selamat, sudah memberi uang untuk menyewa rumah sebesar Rp 750 ribu rupiah per bulan selama belum memiliki tempat tinggal baru. Sebab, jika terus tinggal di pengungsian, efeknya juga tidak akan bagus. Baik secara fisik maupun mentalnya. ’’Mungkin sekitar tiga bulan ke depan, kita juga akan segera menyelesaikan masalah relokasi tersebut,’’ jelas dia.
Yayan menyebut, tiga lokasi sudah dikaji tim geologi dan dianggap aman ditempati para korban. Yaitu, Cikakapa, Cinyiruan dan Munjul. Tapi, belum dapat ditempati karena masih harus dilakukan beberapa perbaikan pemeriksaan.
Soal lokasi bencana yang sudah dinyatakan sebagai zona merah,Yayan belum tahu apakah ke depan akan dipakai untuk mengaktifkan kembali saluran pipa gas atau tidak. Pasalnya, hanya pihak berkompeten yang akan menentukan hal tersebut.
Sampai saat ini, dia juga mengakui belum tahu soal hasil penyidikan penyebab terjadinya longsor . ’’Nanti setelah ada hasilnya, akan ketahuan penyebabnya apa. Atau siapa yang lalai dalam hal ini,’’ ungkap dia.
Sementara itu, Tuti, istri Asep Juju, 69, korban longsor Pangalengan yang jasadnya tidak ditemukan, berharap kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII agar dapat membantu tunjangan pendidikan, sehingga anaknya bisa disekolahkan hingga tingkat perguruan tinggi. ’’Kalau bisa mah ada kebijaksanaan dari perusahaan. Ya berupa tunjangan, buat pendidikan anak kalau bisa sampai S1,’’ ujar dia usai tabur bunga.
Kemudian, dia menginginkan ada bantuan berupa suntikan modal, agar bisa berdagang sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian, Tuti mengaku, sudah mengikhlaskan kepergian suaminya, meski jasadnya tidak berhasil ditemukan. Sedangkan, keluarga korban tewas lain yang jasadnya tidak ditemukan, yakni Ayi, 41, tidak hadir saat tabur bunga.