SURABAYA – Bisnis asuransi properti tumbuh melambat di kuartal I 2015. Hal tersebut disebabkan melambatnya pertumbuhan penjualan properti. Padahal, bisnis proteksi kerugian terhadap rumah, apartemen, dan properti lain berkontribusi cukup besar di antara produk asuransi umum lain.
’’Properti itu kontribusinya nomor dua setelah asuransi kendaraan bermotor. Kira-kira 18 persen. Yang membuatnya lambat ya karena perlambatan ekonomi. Spending atau biaya yang dihabiskan orang untuk beli rumah itu ditekan dan itu mempengaruhi premi asuransinya,’’ papar Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor.
Ekspansi perbankan dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sangat berpengaruh pada pertumbuhan industri ini. Sebab, pembelian rumah dengan KPR masih lebih dominan ketimbang pembelian dengan cara tunai. Menurut Julian, ekspansi KPR yang melambat juga berbanding lurus dengan premi asuransi properti.
Harapan pun bergantung pada jalannya berbagai program pemerintah, terutama yang berkaitan dengan infrastruktur. ’’Program pemerintah, di luar jalan dan jembatan, banyak juga yang memacu pembangunan gedung dan rumah. Program satu juta rumah dari pemerintah itu misalnya. Meskipun muluk menurut saya, tapi kita harus tetap optimistis,’’ katanya.
Hingga kini, program satu juta rumah itu memang belum begitu massif dikerjakan. Padahal kalangan industri asuransi berharap pelaksanaan program tersebut mampu ikut menumbuhkan premi asuransi properti. Namun jika program tersebut berjalan lancar, Julian yakin premi asuransi properti bisa tumbuh signifikan. ’’Kalau perumahan dan apartemen saja, bisa 40 persen dari total premi asuransi properti. Sekitar Rp 8 triliun lah sampai akhir tahun. Potensinya besar sekali,’’ tutup Julian. (rin/tia/far)