[tie_list type=”minus”]Kawasan Asia Afrika Perlu Pengawasan[/tie_list]
BATUNUNGGAL – Pasca peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), kawasan Jalan Asia Afrika menjadi tempat wisata baru bagi warga Kota Bandung. Hingga kini masih banyak warga yang memanfaatkan kawasan Asia Afrika untuk berfoto-foto. Sejumlah pihak mewacanakan kawasan ini untuk dijadikan area Car Free Day (CFD) dan Car Free Night (CFN). Salah satunya anggota Komisi B DPRD Kota Bandung Gagan Hermawan.
’’Jalan Asia Afrika bisa dijadikan pilihan warga Kota Bandung untuk tamasya bersama keluarga,’’ ujarnya kepada Bandung Ekspres di kantornya, Jalan Sukabumi, kemarin (28/4). Selain itu, kawasan ini kaya dengan bangunan bersejarah. Sehingga, bisa sekaligus mengenal sejarah-sejarah Kota Bandung.
Namun, wacana ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Menurut Gaga, pemerintah kota masih perlu melakukan banyak persiapan bila akan membuat area CFN di kawasan Asia Afrika. Misalnya, dari segi lalu lintas, tempat parkir, tempat sampah, dan mekanisme berjualan. ’’Jangan sampai kita terjebak pada euforia kemudian menggagas ini menjadi car free night. Perlu ada kajian dan persiapan,’’ ujarnya.
Sebetulnya, kata Gagan, warga akan lebih bergembira jika banyak lahan terbuka hijau di daerahnya. Sehingga, dibandingkan CFN, lebih baik diperbanyak ruang terbuka hijau (RTH). Namun, sulit untuk mewujudkan hal ini, karena penduduk Kota Bandung sangat padat. ’’Mencari lahan tanah sangat susah karena setiap rumah banyak gang. Setiap RT di dalamnya banyak gang yang ditembok,’’ ucapnya.
Padahal, lahan hijau dibutuhkan untuk penyerapan tanah untuk mencegah banjir. ’’Oleh karena itu, bila lahan terbuka hujau banyak maka warga masyarakat akan bergembira,” jelas Gagan.
Selain itu, menurut dia, bila rumah penduduk berdesakan dari gang ke gang, tidak adanya ruang terbuka hijau atau penyerapan tanah akan menimbulkan kejenuhan. Maka, RTH akan jadi tempat berkumpul warga atau sekedar mengajak anak-anak bermain.
Terkait dengan karakter masyarakat, juga perlu dipersiapkan. Perubahan insfrastruktur memang baik, namun apabila tidak dibarengi dengan perubahan karakteristik masyarakat maka tidak akan terjadi perubahan. Meski peraturan sudah ada, namun penegakan peraturan tersebut masih belum terlihat. ’’Momen KAA ini setidaknya bisa memberikan kita refleksi, menyadarkan kita tentang karakter masyarakat,’’ katanya.