Pertemuan bilateral Jokowi dengan sejumlah kepala dan delegasi negara Afrika juga dilaksanakan. Salah satunya, dia bertemu dengan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe.
Menlu Retno Marsudi mengungkapkan, kesepakatan yang terjalin antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Zimbabwe tersebut merupakan yang pertama. Seperti halnya Zimbabwe, kawasan Afrika secara umum selama ini belum dimanfaatkan dengan optimal untuk pasar produk-produk Indonesia.
Padahal, lanjut dia, jika berkaca pada Zimbabwe saja, banyak sektor yang potensial untuk dimasuki produk Indonesia. Salah satunya pertanian. ”Jadi, kami upayakan lewat kerja sama yang ada, kita akan ekspor peralatan pertanian,” kata Retno sesaat setelah pertemuan.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap KAA bisa membuka peluang yang lebih baik untuk berekspansi di kancah internasional. Jumlah penduduk Asia dan Afrika yang mencapai 5,48 miliar berpotensi menjadi pasar produk buatan Indonesia.
Ketua Komite Tetap Hubungan Kerja Sama Lembaga Internasional Kadin Indonesia Maxi Gunawan mengatakan, nama Indonesia akan semakin mendunia jika para pebisnis dan dunia usaha yang selama ini sudah berorientasi ekspor konsisten membawa brand Indonesia ke mancanegara. Dia juga meminta para pengusaha agar konsisten untuk tidak menjual barang yang bukan murni buatan Indonesia. ”Banyak produk brand Indonesia yang selama ini telah diakui dunia seperti tekstil, garmen, furnitur, produk pangan, serta produk kreatif,” ungkapnya.
Ketua Badan Otonom Bidang Bisnis, Investasi, dan UKM Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Hardini Puspasari menilai, ada potensi besar di sisi perekonomian dari kawasan Asia dan Afrika jika bekerja sama dengan baik. ”Pertumbuhan ekonomi Asia dan Afrika pada 2014 masing-masing 4,9 persen dan 4,3 persen, itu di saat banyak negara mengalami kontraksi,” ungkapnya.
Tingginya kebutuhan akan beberapa sektor usaha di dua kawasan tersebut semakin membuka lebar peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing. Misalnya, melakukan ekspansi di sektor manufaktur, pertanian, infrastruktur, pariwisata, dan energi ke luar negeri. ”Hipmi mengusulkan pembentukan entrepreneur Asia Afrika (EAA) agar dapat memfasilitasi investasi-investasi di sektor itu,” jelasnya. (dyn/wir/c10/kim/tam)