KONFERENSI Tingkat Tinggi Asia Afrika menghasilkan tiga dokumen penting. Yakni, Pesan Bandung 2015, Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Asia dan Afrika, dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina. Sidang juga menyepakati untuk menetapkan 24 April sebagai Hari Asia Afrika dan menetapkan Bandung sebagai ibu kota solidaritas Asia Afrika. Juga, mendukung berdirinya Asia Afrika Center di Indonesia.
Secara keseluruhan, peserta pertemuan tingkat tinggi KAA pada 22–23 April berasal dari 106 negara. Mereka terdiri atas 22 pemimpin negara, 80 wakil pemimpin negara (wakil presiden/perdana menteri), dan sisanya merupakan utusan khusus dan pejabat tingkat tinggi. Selain itu, sepuluh organisasi internasional hadir dalam pertemuan tingkat tinggi KAA. Mereka, antara lain, PBB, Uni Afrika, ASEAN, Bank Pembangunan Asia (ADB), Liga Arab, dan South Center.
Presiden Joko Widodo dalam pidato penutup di depan para pemimpin negara-negara Asia dan Afrika kemarin sekali lagi meyakinkan, betapa strategisnya berbagai output dari KAA. ”Suara dan keputusan kita tidak dapat diabaikan oleh siapa pun,” tegas Jokowi.
Dia menyatakan, KAA adalah salah satu forum antar pemerintahan terbesar di dunia setelah PBB. Selain dihadiri pimpinan dan delegasi negara-negara di Asia dan Afrika, event yang pertama digelar di Bandung pada 1955 tersebut dihadiri sejumlah negara pengamat. ”Suara yang disampaikan adalah suara kebangkitan bangsa-bangsa Asia dan Afrika,” tandas Jokowi yang mengulangnya hingga dua kali.
Sejumlah poin kesepakatan untuk merespons kesadaran tentang fakta ketidakadilan global dapat dicapai dalam KAA. Kesepakatan-kesepakatan itu bertumpu pada inti perjuangan kerja sama Selatan-Selatan. Yaitu, kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas negara-negara Asia dan Afrika.
Salah satu kesepakatan yang dicapai berkaitan dengan pertahanan dan keamanan. Forum pemimpin dan delegasi negara di KAA bersepakat membentuk jejaring pusat penjagaan perdamaian di kedua kawasan. Selain itu, forum tingkat tinggi KAA menyepakati pembentukan kerja sama maritim. ”Kita menyadari pentingnya sentralitas sektor maritim serta kepentingan strategis Samudra Hindia sebagai jembatan pembangunan ekonomi di Asia dan Afrika,” ujar Jokowi.
Forum KAA juga memerintah setiap menteri luar negeri agar melakukan pertemuan dua tahun sekali. ”Sebuah pertemuan di sela-sela sidang umum PBB,” tandas mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.