JAKARTA – Pesatnya perkembangan teknologi membuat ancaman kepada negara kian luas. Bukan hanya perang kekuatan militer di dunia nyata, setiap negara kini juga harus siap menghadapi perang di dunia maya atau cyber war.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yasuaki Tanizaki mengatakan, Jepang dan Indonesia tengah berupaya mempererat kerja sama di berbagai bidang. Di samping ekonomi dan sosial, juga pertahanan. ’’Salah satunya pertahanan cyber,’’ ujarnya setelah bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Kantor Wakil Presiden kemarin.
Menurut Tanizaki, kerja sama militer antara Indonesia dan Jepang saat ini tengah dimatangkan Kementerian Pertahanan kedua negara. Rencananya, nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) sudah masuk tahap finalisasi dokumen. ’’Kami berharap segera bisa ditandatangani,’’ katanya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menambahkan, cyber war merupakan realitas yang kini harus dihadapi. Indonesia pun harus mulai memetakan potensi ancaman-ancaman nonmiliter yang bisa membahayakan ketahanan negara, termasuk perang intelijen di dunia maya. ’’Setelah itu baru kita susun alat persenjataan apa yang kita perlukan untuk menangkal serangan-serangan tersebut,’’ katanya.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo H. Kertopati menjelaskan, ancaman ketahanan suatu negara kini sudah bergeser dari perang fisik. Sudah menjurus pada perang intelijen melalui dunia maya atau cyber war. ’’Perang jenis ini bisa melumpuhkan ekonomi dan ideologi sebuah negara,’’ ingatnya.
Karena itu, lanjut Susaningtyas, memang sudah saatnya TNI atau aparat intelijen Indonesia makin memperdalam kemampuan dalam menangkal upaya serangan cyber. ’’Jadi, tidak boleh hanya berkonsentrasi mempertahankan kedaulatan teritorial, tapi juga kedaulatan melalui teknologi,’’ tegasnya.
Selain kerja sama militer, sebut Tanizaki, kerja sama dengan Indonesia dilakukan pada program penanggulangan bencana. Apalagi, Jepang maupun Indonesia sama-sama masuk kategori negara rawan bencana, terutama gempa. Jepang pun siap memberikan bantuan nyata. ’’Misalnya pesawat amfibi dan teknologi early warning system (sistem peringatan dini, Red),’’ katanya. (owi/c9/sof/rie)