Premi Asuransi Umum Rp 55,1 T
JAKARTA – Di tengah kelambatan ekonomi, kinerja asuransi selama 2014 mengalami pertumbuhan signifikan, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat premi bruto asuransi umum sepanjang tahun lalu mencapai Rp 55,1 triliun atau naik 17,7 persen jika dibandingkan dengan 2013 yang mencapai Rp 46,8 triliun.
Direktur Eksekutif AAUI Julian Noor mengungkapkan, pertumbuhan terbesar dikontribusikan lini usaha asuransi surety bond (penjaminan) sebesar 105 persen. Disusul kenaikan lini usaha asuransi energi 33,7 persen. ’’Namun, secara nominal pertumbuhan terbesar dibukukan lini usaha asuransi properti (harta benda) sebesar Rp 3,4 triliun,’’ katanya kemarin (9/3).
Julian melanjutkan, lini usaha properti kembali mendominasi perolehan premi bruto. Sekaligus mengalahkan lini usaha motor yang bertahan selama lima tahun. Yakni, lini usaha properti Rp 16 triliun, sedangkan, lini usaha motor Rp 15,8 triliun.
Sementara itu, klaim bruto sepanjang tahun lalu tercatat Rp 23,5 triliun atau naik 28,6 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 18,29 triliun. Menurut dia, peningkatan klaim tertinggi periode tersebut terjadi pada lini usaha asuransi surety bond 417,3 persen.
Premi bruto reasuransi umum tahun lalu tumbuh 10,49 persen menjadi Rp 3,58 triliun dari Rp 3,24 triliun. Dari sisi klaim bruto, juga terjadi peningkatan 30 persen dari Rp 1,36 triliun pada 2013 menjadi Rp 1,78 triliun pada 2014. ’’Hasil underwriting mencatatkan peningkatan yang jauh lebih baik dari Rp 178,6 miliar di tahun 2013 menjadi Rp 216,8 miliar di tahun 2014,’’ ujar Julian.
Selain itu, tiga lini usaha yang mendominasi pangsa pasar perolehan premi bruto masih dicatat lini usaha properti sebesar 29,1 persen, motor 28,6 persen, dan personal accident (PA) serta asuransi kesehatan 10,3 persen. Sementara di sisi kontribusi klaim bruto juga dicatat pada lini usaha yang sama, yakni lini usaha properti 23,8 persen, motor 31,4 persen, dan PA serta asuransi kesehatan 16,6 persen. ’’Saat ini tren industri asuransi akan semakin positif. Perusahaan asuransi akan bersaing dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabahnya,’’ terangnya.
Secara segmen bisnis, Julian melihat primadonanya akan dikuasai korporasi dibanding ritel yang membutuhkan jalur distribusi kuat. Sementara mikro masih belum menarik karena baru dimulai. ’’Mungkin nanti baru menarik dalam sepuluh tahun ke depan, dengan 50 juta orang. Segmen korporasi masih jadi primadona persaingan daripada ritel karena jalur distribusinya lebih berat,’’ jelasnya.