Suwandi berpendapat, fenomena batu ini akan berlangsung lama. Bahkan, sampai ke anak cucu nanti. Sebab, gemstone bisa dikatakan salah satu ekonomi kreatif. Menurut dia, gemstone mengandung nilai ekonomi rakyat yang berbasis budaya. Banyak warga yang sudah merasakan manfaat dari batu mulia ini. Misalnya, bagi para perajin batu biasanya diberi upah Rp 50 ribu per batu untuk dibentuk. Minimal, dalam sehari ada 10 pemesan sudah Rp 500 ribu. Sebulan bisa mencapai penghasilan Rp 10 juta.
Ketua Badan Promosi dan Pariwisata Kota Bandung (BP2KB) Nico mengatakan, sejak dahulu batu ini dinamai batu mulia. Maka dari itu, harus dimuliakan. Sehingga, bisa berharkat atau bernilai. Fenomena booming-nya batu akik itu karena banyak yang memuliakan. Jika, tidak dimuliakan tentu tidak berarti apa-apa. Seperti halnya batu pondasi. Menangkap fenomena tersebut, BP2KB merangkul Indonesia gemstone menggelar pameran di Kota Bandung.
Dia menerangkan, pameran ini sebagai bentuk rangkaian promosi Kota Bandung menjelang Konferensi Asia Afrika (KAA). Selain pameran ini, disiapkan juga philatelic exhibitions yang menampilkan filateli tingkat internasional. Sebab, KAA ini tidak lepas sejarahnya dari filateli. (yan/tam)