Beras Negara Tetangga Banjiri Pasar

Hal itu menyebabkan pasokan beras petani pada Januari-Februari 2015 sangat kecil. Sementara pemerintah yang awalnya berniat tidak menyalurkan raskin pada 2015 akhirnya memutuskan untuk menyalurkan raskin 300 ribu ton. ’’Kebutuhan beras buat makan kita itu sekitar 2,5 juta ton per bulan. Kalau Januari petani suplai 1 juta ton, Februari 2 juta ton memang kurang,’’ ungkapnya.

Dia berharap, dengan gencarnya operasi pasar dan penyaluran raskin, harga beras bisa segera turun. Namun, dia mengingatkan Bulog agar tetap mengantisipasi penurunan harga secara drastis. Sebab, Maret sudah memasuki panen raya. ’’Jangan digerojok terus tanpa perhitungan. Harapan kita, harga beras bisa turun di Rp 8.000 per kilo. Itu sudah baik buat petani, juga buat konsumen,’’ terang dia.

Jika dibandingkan dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang saat ini Rp 7.260 per kg, angka tersebut masih cukup menguntungkan. Hanya, dia berharap penurunan harga itu tidak kebablasan sehingga berada di bawah HPP. Jika itu terjadi, petani bisa rugi besar. ’’Bercocok tanam padi itu keuntungannya kecil. Kalau sampai di bawah Rp 7.260 per kilo, bisa rugi kami,’’ ucap dia.

Dia juga mencontohkan pengeluaran petani. Antara lain, biaya tenaga kerja hampir 30 persen, pupuk 20 persen, benih 10 persen, pestisida 10 persen, dan sisanya biaya sewa lahan. ’’Sewa lahan itu hitungannya 3-4 ton gabah per hektare per tahun. Jadi, kalau harga gabah sekarang naik seiring harga beras, maka biaya sewa lahannya juga naik,’’ terangnya.

Karena itu, jika harga beras terlalu turun di bawah HPP, keuntungan petani menjadi kecil. Akibatnya, petani kembali tidak bersemangat untuk menanam padi. ’’Tahun ini ada anggaran APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) untuk subsidi petani sekitar Rp 17 triliun. Untuk bantuan pupuk, benih, dan lain-lain sehingga target produksi naik menjadi 73,4 juta ton dari tahun lalu yang 69,9 juta ton,’’ tuturnya.

Direktur Jenderal Standardisasi Perlindungan Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Widodo mengakui bahwa potensi penyelundupan beras melalui pelabuhan tikus cukup tinggi. Sebab, Indonesia memiliki laut yang sangat luas sehingga memungkinkan kapal bersandar di mana saja. ’’Banyak sungai di Sumatera yang bisa dimasuki kapal cukup besar. Mereka bisa saja bawa beras,’’ katanya.

Tinggalkan Balasan