Harga di Indonesia Termahal, Janjikan Untung Besar
JAKARTA – Harga beras medium di pasaran belum juga turun. Masih Rp 11.000 hingga Rp 13.000 per kilogram (kg) meski penyaluran beras untuk masyarakat miskin (raskin) dan operasi pasar (OP) gencar dilakukan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Kondisi itu bisa memunculkan dugaan penyelundupan beras negara tetangga. Sebab, harga beras Indonesia itu termahal di antara negara produsen beras lain di ASEAN.
’’Kami khawatir ada oknum-oknum yang diam-diam mengambil keuntungan dengan kenaikan harga beras ini. Misalnya dengan memasukkan beras dari negara tetangga yang harganya lebih murah secara ilegal. Karena memang harga beras medium kita beberapa tahun ini tertinggi di ASEAN,’’ kata Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir kemarin (27/2).
Dengan kondisi seperti itu, dia meminta pemerintah secara ketat mengawasi daerah-daerah perbatasan yang rawan penyelundupan Sebab, kondisi geografis Indonesia yang sangat luas bisa dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mengeruk keuntungan. ’’Bayangkan saja kalau satu kilo (kilogram) untung Rp 5.000, berapa duit yang bisa didapat kalau bisa memasukkan 100 ton?’’ sebutnya.
Winarno mencontohkan, harga beras kelas medium Vietnam hanya sekitar Rp 5.500 per kg. Harga itu sudah termasuk ongkos kirim ke Indonesia. Sementara harga beras medium grosir di Indonesia saat ini Rp 10.500-Rp 11.000 per kg. Dia menyebutkan, potensi penyelundupan beras dari Vietnam paling besar. Sebab, keuntungan yang didapat bisa dua kali lipat. ’’Pasti sekarang banyak pengusaha hitam yang ngiler,’’ ucap dia.
Banyak pelabuhan tikus di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang bisa dimanfaatkan oleh para importer ilegal itu. Bisa jadi, tambah dia, kenaikan harga beras saat ini juga sengaja diciptakan oleh mereka. Karena itu, Winarno meminta pemerintah secepatnya menurunkan harga beras. ’’Jangan sampai nanti Maret pasokan berlebih dari dalam negeri plus dari impor ilegal,’’ ujarnya.
Winarno menuturkan, kenaikan harga beras saat ini tidak dinikmati banyak petani. Sebab, sudah banyak stok mereka yang dijual pada November-Desember 2014. Itu terjadi karena akhir tahun lalu pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi tidak menyalurkan raskin sama sekali. ’’Beda dengan zaman Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). November-Desember 2013 masih menyalurkan raskin sehingga Januari-Februari 2014, saat harga naik, stok petani masih ada,’’ sebut dia.