Balotelli mundur beberapa langkah sebagai persiapan menendang bola. Menjelang kakinya menyentuh bola gerakan berhenti dia lakukan. Kiper terkecoh. Tendangan bola yang tidak keras itu pun menghasilkan gol satu-satunya untuk modal Liverpool bertandang ke Turki. Itu pun sudah di akhir pertandingan.
Penonton Liverpool yang sudah hampir 90 menit menahan nafas, dan menahan nafas lebih dalam saat melihat Balotelli yang bengal ancang-ancang mengambil penalti, langsung meledak gembira. Histeris.
Kali ini Balotelli terlihat gembira. Tapi baru 1/3 dari seharusnya. Dia hanya berdiri memaku di titik penalti. Sambil merentangkan tangan seperti patung Yesus di puncak bukit Rio de Jaenaro.
Sudah runtuhkah tembok kebengalan dalam hatinya? Itu jugakah yang ingin dia perlihatkan dari perubahan potongan rambutnya subuh itu yang tampak “rambut dengan potongan normal”? Sudah lahir kembalikah Balotelli?
Bayangkan kalau tendangan Balotelli itu gagal. (*)