”Kalkulus itu bagi saya sangat sulit. Ditambah soalnya bahasa inggris. Saya harus mengerti bahasa inggris terlebih dahulu baru saya bisa mengerjakan, ha-ha-ha,” ucap Hasna sambil tertawa.
Menurut dia, semester satu dan dua adalah masa-masa sulit. Harus belajar bahasa inggris, harus belajar mata kuliah yang berasal IPA, ditambah dengan adaptasi dengan lingkuan ITB.
Di tingkat dua, barulah Hasna bisa bernafas lega. Bahkan IP yang didapat mencapai 3,40. Akan tetapi, kegiatan di tingkat dua semakin meningkat. Dirinya bergabung dengan Keluarga Mahasiswa School Bisnis Managemen (KM-ITB) dan Indonesia Satoe yang dibuat oleh Aliya Rasaja. Hasna di tempat ke bidang pengabdian masyarakat. Bahkan di Lembaga itu, Hasna mengajar di Daerah Ciwideuy setiap minggunya. Di sana Aliya membuat desa binaan untuk meng-advokasi beberapa masalah. Tentunya tentang kemandirian kewirausahaan.
Hasna juga disibukan dengan tugas membuat company. Hasna bersama 18 orang temannya membuat Salirê Company. Kumpulan ini memproduksi tas. Mulai dari mendesain sampai penjualan. Hasna bergerak di bidang penjualan. Dua minggu kebelakang, Hasna mengikuti even yang ada di Jakarta dan mempromosikan tas dari Salirê Company,
”Ternyata setelah di jalani, kuliah di ITB tidak begitu menyeramkan. Bahkan sangat menyenangkan,” ujar Hasna. (mg5/fik)