Peran BPR Sangat Vital

Terpisah, Direktur Utama PD BPR Kota Bandung H. Acep Heri Suhana menyatakan, Produk Melati (melawan laju rentenir) adalah pemberian modal kredit kepada pedagang kecil, terutama rumahan. Produk kridit yang digulirkan PD BPR Kota Bandung berupaya menjauhkan masyakat berpenghasilan rendah dari godaan para rentenir. Mereka, kata Acep, menggoda dengan rayuan manis dan mudah, tetapi di kemudian hari jadi mencekik.

Dia menyatakan, konsep PD BPR dalam memerangi rentenir, sebenarnya cukup berhasil. Namun, kalau memberantas 100 persen sepertinya tidak mungkin, karena ruang lingkup masyarakat sangat luas. ’’Meski usahanya terbilang kecil, tapi jumlahnya sangat banyak,’’ kata Acep.

Dia menjelaskan, program Melati memberi kredit pinjaman kepada pedagang kecil, warung-warung di lingkungan RT/RW yang sejauh ini juga menjadi sasaran empuk para rentenir. PD BPR memulainya dari pemberian modal kredit awal sampai berjenjang. Untuk pemula, diberikan pinjaman modal dengan kisaran Rp 1 juta. Tapi, dalam jangka setahun akan ada peningkatan modal pinjaman dengan bunga tetap. Yakni, 1,25 persen atau plet.

Untuk para nasabah yang usahanya menunjukkan peningkatan, dan tidak memiliki tunggakan, tahun berikutnya diberi tambahan pinjaman modal. Syaratnya, kemajuan usahanya terukur dan berinovasi. Bahkan, menunjukan prestasi. ’’Pinjaman modal selanjutnya mendapat pertimbangan. Usaha barunya pun bisa diberikan pinjaman hingga Rp 5 juta,’’ kata Acep.

Dukungan PD BPR disesuaikan dengan kemampuan bidang usaha para nasabah. Guna memudahkan komunikasi antara para nasabah dengan bank, dibentuklah sebuah kelompok. ’’Terdiri atas, pengurus dan anggota, dari mereka untuk mereka,’’ jelas Acep.

Intinya, kelompok pedagang kecil ini biasanya terdiri dari pedagang gorengan, mi kocok, dan usaha dagang makanan sejenis. Diantara mereka tentunya sudah saling mengenal karakter masing-masing. Tujuannya untuk menghindari kredit macet, dan menangkal peminjam nakal yang biasanya susah bayar masuk sebagai anggota kelompok.

Secara transparan, di dalam kelompok pedagang kecil tersebut, juga dibentuk sebuah panitia yang berfungsi sebagai pengelola keuangan. Tugasnya mengutip tabungan dari anggota, setiap hari. Agar dalam pertemuan dengan yang sudah dijadwalkan pihak PD BPR, anggota bisa menabung sekaligus mengangsur cicilan pinjaman. ’’Pola itu jadi meringankan dan memudahkan dua belah pihak karena dilakukan melalui jemput bola,’’ ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan